34. Sulit

3.3K 231 50
                                    

"Yang tersulit adalah, ketika kita menyayangi dua orang sekaligus. Namun, kita masih bingung, ada pada siapa perasaan sayang terbesar kita."

-Dean Ardana-

***

"Pagi, Ma, Pa." sapa Vira saat menuruni tangga. Ia berjalan menuju meja makannya dengan dasi yang hanya asal disampirkan di leher. Hal itu membuat kedua orang tuanya geleng-geleng kepala, mereka tidak suka jika putrinya tidak rapih seperti ini.

"Vira, rapihin dulu itu dasinya." tegur papanya.

Bukannya segera membenarkan dasi, Vira malah nyengir dan mengambil selembar roti tawar. Ia memberikan topping nutella pada roti itu. Omong-omong soal nutella, ia jadi ingat Dean, cowok itu kan, suka sekali dengan roti yang diolesi dengan nutella.

Vira kemudian berjalan menuju dapur, ia tampak mencari sesuatu di dalam rak piring. "Ma, tempat bekal aku mana, ya?" Mamanya mengernyit bingung ketika mendengar bahwa Vira mencari tempat bekal. Tidak biasanya putrinya ini mau membawa bekal di sekolah.

"Sini, biar mama cariin. Kamu lanjut sarapan."

Sesuai perintah, Vira kembali duduk di kursinya. Ia mengambil lagi beberapa lembar roti, kemudian ia olesi dengan nutella. Ia tersenyum sendiri membayangkan kalau ia akan seperti cewek-cewek di novel, yang memberikan sarapan kepada orang yang disukainya.

"Tumben bawa bekal?" Mamanya datang dengan kotak bekal berwarna pink, yang langsung diambil alih oleh Vira.

Vira menata roti-roti itu dengan telaten. "Oooh.. ini, buat--"

Ting Tong! Assalamualaikum!
Bunyi bel rumahnya membuat Vira menghentikan aktivitasnya sejenak. Ia mendongak menatap papanya seolah bertanya 'siapa?'. Yang hanya dibalas papanya dengan gelengan tanda tidak tahu.

"Bukain dulu pintunya, Vir. Bekal kamu biar mama yang beresin." perintah mamanya.

Vira menghela berat. "Siapa sih, pagi-pagi gini bertamu." gerutu Vira kesal sambil berjalan menuju pintu depan untuk membukakan pintu.

Matanya melebar saat mendapati sosok Dean sedang berdiri membelakanginya. "Dean? Lo ngapain pagi-pagi di sini?"

"Pagi!" sapa cowok itu setelah berbalik menghadap Vira. Seolah tak mempedulikan pertanyaan Vira.

"Iya, pagi. Tapi, lo ngapain di sini?"

Dean tampak berpura-pura berpikir. "Jemput lo. Yuk, berangkat bareng."

Sumpah! Ini Vira nggak lagi mimpi, kan? Dean ngajak dia berangkat bareng? Oh, bahkan kalau ini mimpi, Vira rela deh, tidak akan pernah bangun.

Dean menaikkan sebelah alisnya ketika respon Vira malah hanya diam dan menganga. Padahal, ia hanya mengajak cewek itu untuk berangkat sekolah bersama. Apa begitu terasa spesialnya bagi cewek itu?

"Buruan, udah siang nih. Lo mau apa, romantisan sama gue di lapangan gara-gara dihukum lari?"

Mau gue. Mau banget. Asalkan sama lo mah ayok aja, De. Jawabnya girang dalam hati.

"Eh, iya-iya bentar. Gue ambil tas dulu." ucap Vira yang kemudian menghilang ke dalam rumahnya.

Dua sudut bibir Dean terangkat, ia selalu terhibur dengan apapun yang dilakukan oleh Vira. Entahlah sejak kapan rasa senang itu hadir, Dean bahkan sudah tidak peduli.

Vira buru-buru memakai tas nya asal. Ia juga segera mengambil kotak bekal yang sudah disiapkan mamanya tadi. "Aku berangkat ya." Ia menyalimi tangan kedua orang tuanya. "Assalamualaikum."

Stupid Feeling  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang