22#

287 37 10
                                    

Aku membawa Yoo jung ke sebuah vila milik keluargaku di tepi pantai sepulang dari rumah sakit, aku ingin dia melupakan apa yang terjadi belakangan ini.

Jujur saja... Aku merasa bersalah, sangat... Dia pulang dari kanada karena dia sudah bisa di bilang sembuh, dan harusnya aku sangat mensyukuri hal itu, karena aku sendiri juga tidak suka berada jauh darinya seperti itu. Tapi apa yang ku lakukan, aku malah membuat nya kembali kepada traumanya.

Terlebih tak lama lagi aku juga tak lagi punya banyak waktu untuknya, karena Appa sudah memintaku untuk fokus pada perusahaannya. Karena itulah aku ingin menghabiskan sisa "kebebasan" ku dengan orang paling kucintai ini.

Aku juga sudah memutuskan untuk tinggal satu atap dengannya lagi, walau Yoo jung protes, tapi aku tahu dihatinya dia tidak akan menolak untuk itu.

Aku bahkan sudah berencana untuk membawa nya ke keluarga ku, aku ingin dia jadi milikku seutuhnya, ah... Membayangkan itu saja membuatku senyum sendiri, akhirnya dia jadi milikku sepenuhnya.

Oh yaa, sebenarnya vila yang kami tuju itu dekat dengan pantai yang tadi kami singgahi, namun untuk mencapai halaman dimana aku bisa memarkir mobilku kami harus melalui jalan memutar yang bisa dibilang agak jauh, aku melirik Yoo jung yang sudah beberapa kali menguap di sebelahku, sepertinya dia lelah , atau mungkin bosan.

" kau bosan?" tanyaku.

Yoo jung menggeleng.

"Aku lapar" cicitnya kemudian.

Astaga, aku menepuk dahiku mendengar itu, aku baru sadar bahwa kami bahkan belum makan apapun sejak pulang dari rumah sakit.

"Ah, mianhae baby... Aku sampai lupa, nanti kita belanja sebentar, ada mini market kecil dekat vila, aku akan membuatkan sesuatu untukmu ketika kita sampai di vila nanti" ucapku sambil mengusal puncak kepalanya dengan sebelah tanganku.

"Oppa... Kau membuat rambutku berantakan lagi" rengeknya manja, mulutnya mengerucut cemberut, lucu sekali.

Pandangku yang sekilas jatuh pada bibir merah itu di sela fokus mengemudi, membuatku menelan ludah, ah... Apa yang kupikirkan di saat seperti ini.

Aku jadi terkekeh sendiri dan memukul pelan setir kemudi.

"Kenapa , Oppa?" Yoo jung terlihat bingung.

"Aniyy" jawabku cepat masih dengan senyum dan menggigit bibir bawahku

"Kenapa kau begitu menggemaskan, baby" bisik hatiku.

.
.
.

Aku masuk ke vila dengan membawa kantong kertas berisi belanjaan yang tadi kami beli menuju counter dapur dan meletakkannya di atas meja.

Kulihat Yoo jung berjalan mengitari vila, melihat lihat seperti apa bangunan yang kini menaungi kami.

Aku baru saja selesai menata belanjaan ke dalam lemari es, saat ku dengar pekikan gadis itu memanggilku.

"Oppa..!"

Sepertinya dari dalam kamar, aku pun mempercepat langkahku menyusulnya.

"Ada apa ?" tanyaku khawatir.

" Oppa... Kenapa kau tidak bilang kalau disini hanya ada satu kamar" katanya dengan kedua tangan menumpu di pinggang.

Aku mengernyitkan keningku, kemudian aku sadar apa maksudnya, dan aku tak bisa menahan tawaku.

"Oppaaaaa"pekiknya kesal.

" kau lucu sekali, sejak kapan kau memikirkan kamar lain saat bersamaku" kataku masih dengan cengiran lebar .

HURT (Sudah End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang