Prolog

2.4K 1K 465
                                    

Syifa berlari sebelum gerbang itu ditutup. Namun sayang usahanya tak berguna. Gerbang itu sudah ditutup terlebih dahulu. Beberapa anak OSIS sudah siap menunggu orang orang yang datang telat.

Syifa menatap kesal ke arah anak OSIS yang bernama Nala. Entah gara gara apa pokoknya Syifa benci sama orang itu. Dengan santai Syifa mendekati pagar sekolah. Dia tak sendiri tapi masih ada anak anak lain yang telat.

"Telat?" tanya Nala ketika Syifa menghampiri mereka.

"Buta lo?" Syifa malah memutar balikkan pertanyaan. Syifa menghentakkan kakinya dua kali. Kenapa ia harus berurusan dengan anak OSIS.

"Cepet gue di hukum apa?? Gak usah banyak basa basi deh. Waktu gue gak banyak." kesal Syifa.

Nala menatap aneh ke arah Syifa. Padahal dulu mereka itu berteman dengan baik. Rumah mereka berdekatan, ya bisa di bilang tetangga. Kadang suka pulang bareng tapi sekarang udah ngga.

"Udah masuk aja gapapa. Kamu cuma telah 2 menit kok." Nala pergi dari hadapan Syifa.

Nala duduk disebuah kursi yang memang untuk anak anak OSIS. Syifa masih berdiri hingga ada seseorang yang sepertinya tak sengaja menabrak dirinya.

Syifa meringis kesakitan karena tangannya sedikit tergores oleh pagar. Syifa memegang goresan ditangannya kemudian berbalik badan hendak melihat siapa orang yang menabraknya.

"Maaf." Bright memang tak sengaja karena tadi ia berlari dan ada orang yang mendorongnya.

Syifa menganggukkan kepalanya. Ia pergi dari hadapan Bright. Syifa berjalan menuju ke kelas yang ia sudah yakin gurunya sudah masuk.

Tapi saat ia hendak masuk, seseorang mengagetkannya dari belakang.

"Duh kaget woy!" bentak Syifa sambil memegang jantung nya yang dag dig dug.

"Telat aja terus sampe mampus." Tissa merangkul pundak Syifa lalu membawanya ke kelas.

Ketika masuk ke kelas ternyata gurunya belum datang. Satu keberuntungan masuk dalam hari ini. Syifa menaruh tas nya di kursi.

Tapi ia tak duduk di kursinya. Ia lebih memilih duduk bersama teman temannya yaitu Rama,Zidan,Akbar,Gibran dan Tissa. Syifa lebih memilih berteman dengan lelaki karena lebih seru saja. Ia tak terlalu akrab dengan perempuan di kelasnya kecuali Tissa.

"Parah lo dosa weh!" Rama mendorong bahu Zidan sambil tertawa. Syifa yang baru datang hanya bisa melongo saja.

"Emang Zidan kenapa?" Syifa mengangkat dua alisnya.

"Dia menghamili anak orang." jawab Rama tanpa rasa berdosa. Sontak Syifa terkejut bukan main. Zidan yang di cap anak baik dan alim tapi ternyata..

"Serius???" pekik Syifa tak percaya membuat teman teman nya semakin tertawa terbahak bahak.

Syifa mencibirkan bibirnya. Memangnya apa yang lucu?

"Mana cewenya?" tanya Syifa lalu Rama menunjuk nyamuk yang berada ditangan Zidan. Nyamuk itu sudah sangat membesar dan berwarna merah. Mungkin karena nyamuk itu menghisap darah Zidan.

"Nyamuk? Apa sih maksudnya?" kesal Syifa semakin tak mengerti.

"Ranking 1 tapi masalah kaya gini gak ngerti." Cibir Akbar yang langsung mendapat cubitan dari Syifa.

"Serius nanya." Syifa mulai serius.

"Nih jadi tuh si nyamuk kan menghisap darah nya si Zidan kan?" Rama mulai menjelaskan kemudian Syifa mengangguk saja seperti anak kecil yang sedang belajar berhitung.

"Di nyamuk itu ada darah nya Zidan. Nah nanti tuh nyamuk bakal berkembang biak kan? Berarti nanti itu anaknya si Zidan dong." Jelas Rama masih terbahak bahak.

Syifa Menghela napasnya kasar. Teman temannya ini memang bobrok sekali dari kelas Sepuluh.

***

"Bright Bright ini ada Syifa nih." Teriak Tissa ketika melihat kehadiran Bright bersama teman temannya di Kantin.

Syifa membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Tissa. Seperti tak punya Urat malu saja.

"Bukan temen gue sumpah." cibir Akbar menggelengkan kepalanya melihat aksi Tissa.

Tanpa Syifa duga ternyata Bright menghampiri mereka sendirian.

"Boleh pinjem Syifa bentar?" Tanya Bright kepada teman temannya.

Teman temannya mengangguk saja kecuali Rama. Ia menatap tak suka ke arah Bright. Bright menarik tangan Syifa entah kemana tujuannya. Syifa melepas tautan tangan diantara mereka.

"Kenapa di lepas?" Bright menatap wajah Syifa yang sepertinya sudah gugup.

"Gapapa." lontar Syifa kecil tapi masih bisa terdengar oleh Bright.

"Ke perpustakaan yuk." ajak Bright dan Syifa hanya mengangguk saja.

Syifa merasakan ini seolah olah ia masih berpacaran dengan Bright. Ia ingin sekali balikan dengan Bright tapi ia rasa tak mungkin. Syifa sudah menyakiti perasaan Bright.

Mereka sudah sampai di perpustakaan. Ada beberapa murid disana yang sedang belajar dan juga ada Nala yang sedang menulis.

Setelah sampai di rak buku buku Bright melepas genggaman mereka lalu menghampiri Nala.

"Gak ke kelas lo?" Bright menghampiri Nala. Nala mendongakkan kepalanya.

"Gak. Kan lagi istirahat gimana sih?" sahut Nala lalu melanjutkan menulis.

Dari jauh Syifa menatap kesal ke arah Nala dan Bright yang tampaknya sedang asik mengobrol hingga lupa bahwa disini ada Syifa yang sedang menunggunya.

Menunggu Bright menghampirinya. Syifa rasa tak ada gunanya ia disini. Lebih baik ia pergi dari sini daripada ia harus marah terhadap Bright dan Nala karena telah mendiamkan Syifa. Lagipula Bright dan Syifa kan sudah jadi mantan.

Syifa tak berhak cemburu.

Syifa tak berhak cemburu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
I Am WrongWhere stories live. Discover now