7. Berdebat

668 459 87
                                    

Ketika Syifa hendak membuka pintu kelas namun ia dihalangi oleh Bright yang entah datang dari mana.

Syifa menatapnya datar.

"Kenapa?"

"Kapan mau latihan lagi?" tanya Bright.

"Up to you." jawab Syifa setelah itu hendak membuka pintu lagi tapi Bright menghalanginya hingga terjadilah Syifa menabrak Bright.

"Gue gak jago bahasa inggris." sela Bright.

Syifa menghela napasnya kasar.

"Terserah."

"Terserah apa?"

"Terserah lo." sahut Syifa lalu pergi tapi bukan ke kelas.

Bright menatap kepergian Syifa dari hadapannya. Setelah itu Bright juga kembali ke kelasnya.

"Gimana? Dia udah baper?" tanya Marcel ketika Bright masuk ke kelas. Bright menggelengkan kepalanya.

"Dia kayanya udah tau rencana kita deh." tebak Kiki.

Benar juga kata Kiki. Otak Kiki memang cerdas walaupun tak mendapatkan ranking di kelas.

"Kita? Gue mah gak mau ikutan." sahut Dio.

"Coba deh lo pikir, Syifa cewek yang lo sakitin ternyata kurang perhatian dari ayahnya." tambah Dio.

"Iya juga sih. Gue gak ikutan deh takut dosa." Kiki menyengir tanpa rasa berdosa.

Bright menggelengkan kepalanya lalu menghembuskan napasnya kasar. Ia benar benar pusing saat ini. Di satu sisi ia benci Syifa karena sudah meninggalkan dirinya di saat pacaran. Tapi di satu sisi Bright juga masih mencintai Syifa.

***

"Serius lo bakal nyanyi berdua sama Bright buat nanti perpisahan?" Rama masih gak percaya dengan ucapan Syifa.

"Iya."

"Mencium bau bau balikan." sindir Gibran.

"Gak tuh." sahut Syifa cuek.

"Syifa mau ke Perpustakaan gak?" tanya Akbar lalu dibalas gelengan oleh Syifa.

"Kita mau ke kantin terus abis itu ke perpustakaan. Serius lo gamau ikut? Biasanya kan lo yang ngajak." ucap Zidan.

"Lagi gamau aja."

Teman temannya mengangguk lalu mereka pergi meninggalkan Syifa.

"Ngerasa ada yang aneh gak sih sama Syifa?" tanya Akbar.

"Iya tadi gue nanya tapi dia jawab gapapa. Padahal gapapa itu ada singkatannya loh khusus cewe." tebak Gibran.

"Kok lo tau? Jangan jangan..." goda Tissa.

"Selfia suka kek gitu kalo ke gue." lanjut Gibran.

"Gimana nanti besok kita ke rumah dia? Kita tanya baik baik." ajak Rama lalu semuanya mengangguk.

***

Syifa sudah lelah menunggu di depan halte. Seharusnya tadi ia ikut pulang bersama Tissa. Hampir 30 menit ia menunggu angkot namun tak datang datang.

Ia membuka hpnya. Mengecek jam.

16.37

Ia menghela napasnya kasar.

Tin tin

Syifa kenal suara itu. Suara motor milik Bright Vachirawit.

"Bareng aja gimana?" tawar Bright.

Syifa mengangguk saja. Ia naik ke motor itu hingga lupa permasalahannya dengan Bright.

"Kok belum pulang?" tanya Bright sambil menyetir Motornya.

"Angkot belum lewat." sahut Syifa.

"Oh. Gimana kalo tiap hari kita pulang bareng?"

"Gak ah."

"Kenapa?"

"Gue sama Tissa pulangnya."

"Kok sekarang gak ada Tissa?" tanya Bright semakin cerewet.

"Udah pulang."

"Kena-"

"Berisik." bentak Syifa membuat Bright terdiam. Bright melirik Syifa dari kaca. Sepertinya moodnya sedang tak baik.

Syifa jarang membentak dirinya. Tapi kali ini Syifa membentaknya.

Setelah sampai, Bright mencopot helmnya. Syifa turun dari motornya.

"Makasih tumpangannya." Syifa hendak pergi tapi tangannya di pegang terlebih dahulu oleh Bright.

"Lo kenapa?" tanya Bright melihat sikap aneh dari Syifa semenjak kemarin.

"Kenapa apanya?" tanya balik Syifa.

"Sifat lo berubah." tebak Bright.

"Gak ada yang berubah. Emang seharusnya sikap gue begini ke lo dari dulu. Lo jaga aja sana Nala." sindir Syifa.

"Jagain Nala?" Bright tak mengerti dengan apa yang diucapkan Syifa.

"Gak usah pura pura Bright. Gue tau semuanya. Tentang Lo yang bilang ke Nala bahwa Nala adalah selingkuhan Lo! Gue tau dan Lo gak usah pura pura." Tuding Syifa menunjuk nunjuk bahu Bright.

Bright terdiam. Syifa tau dari mana?

"Lo tau dari mana?" Bright tak menyangka bahwa Syifa mengetahuinya.

"Tuh kan bener. Mungkin kita emang cuma bisa jadi mantan aja. Makasih untuk semuanya. Sekarang kamu bebas, bisa dekat sama siapa aja. Gue akan mengubur perasaan ini supaya gak nyakitin perasaan Nala. Terima kasih." nada bicara Syifa berubah menjadi halus.

"Syifa dengerin gue dulu! Gue sama Nala gak ada hubungan apa apa dan Lo harus percaya itu."

"Percaya? Setelah Lo ngerusak kepercayaan gue?" Syifa sedikit terkekeh dengan ucapan Bright.

"Dulu gue sayang banget sama Lo sampe sampe gue gak mau kalo Lo ninggalin gue dan akhirnya gue yang ninggalin Lo. Gue emang bodoh bahkan sangat bodoh telah meninggalkan orang yang gue cintai. Tapi ternyata itu adalah cara yang bagus."

"Lo ternyata sering deketin Nala, godain dia. Lo pikir gue gak sakit hati?!" Bentak Syifa dengan wajah terlihat kesal namun di dalam hati Syifa gadis itu sedang menahan tangisnya.

"Lo dengan seenaknya baperin Nala. Lo tau gak perasaan dia nanti gimana? Nala bilang ke gue kalo dia suka sama Lo. Mending sekarang Lo pergi dan samperin Nala daripada dengerin ocehan gue ini."

Syifa berjalan masuk ke rumahnya meninggalkan Bright yang terpaku dengan ucapan Syifa. Bright memukul helmnya kasar.

Bright mulai menyalakan motornya lalu pergi dari rumah Syifa. Saat ini ia harus bertemu dengan Nala secepatnya. Menjelaskan maksud dari ucapan Syifa.

I Am WrongΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα