5. Mimpi itu

736 494 124
                                    

"Jangan capek capek latihannya. Nanti kamu alesan gak mau anter aku ke gramedia lagi." keluh Syifa ketika Bright sudah kewalahan dalam bermain basket.

Syifa mengeluarkan es susu putih dari dalam tasnya yang sudah ia buat dari rumah sebelum menemui Bright yang sedang latihan basket.

"Makasi tayang." ucap Bright seperti bayi.

"Yeu giliran sama yang lain aja galak bener kaya monster tapi giliran sama aku langsung berubah kaya bayi." sindir Syifa membuat Bright terkekeh.

"Sekarang ajah yuk ke gramedia nya." ajak Bright lalu Syifa mengangguk.

Bright menurunkan badannya lalu menepuk punggungnya seolah olah memberi isyarat. Syifa yang sudah mengetahui kode itu langsung naik ke punggung Bright.

Bright lari dengan cepat dan hal itu membuat Syifa merasa seperti akan mati mendadak. Pasalnya badan Bright itu tinggi sekali jadi jika Syifa melihat ke bawah itu sangat seram.

Bright naik ke motornya lalu disusul oleh Syifa yang langsung memeluknya dari belakang.

Bright menggodai Syifa dengan cara mengendarai motor ninja nya seperti orang tak bisa naik motor. Ia menggeserkan ke kanan dan ke kiri.

Syifa sudah memohon kepada Bright agar berhenti tapi Bright tetap melanjutkannya.

Hingga...

Bruk..

"Bright plis berhenti!!!!!" teriak Syifa yang baru bangun dari mimpinya.

Syifa membalikkan badannya ke arah kanan dimana disitu ada kaca. Ia mencubit tangannya mencoba membuktikan bahwa tadi hanya mimpi.

Dan benar ternyata tadi hanya mimpi. Di satu sisi Syifa memikirkan mimpi itu seperti ada sesuatu makna yang tersirat.

Syifa turun dari kasurnya. Ia membuka pintu kamarnya dan mendapati tantenya yang sedang makan nasi goreng.

"Tan hari ini aku gak berangkat dulu ya." teriak Syifa agar Tantenya mendengar suara Syifa yang cempreng.

"Lah kenapa?" tanya tantenya.

"Gapapa." sahut Syifa kecil yang masih bisa terdengar.

Syifa kembali masuk ke kamarnya hendak menutup pintu itu tapi pintunya di buka lagi oleh seseorang.

"Tante aku wajar gak sih? Di usia muda gini kaya udah depresi?" tanya Syifa sambil tertawa hambar.

"Setiap anak pasti pernah depresi Syifa dan itu tak mengenal usia. Kamu tau ada anak yang masih bayi dan ia sudah ditinggal oleh ibunya yang meninggal dan ayahnya yang nikah lagi itu pasti sedih bukan? Kamu bersyukur ya karena disini masih ada tante. Walaupun kita bukan saudara kandung."

"Iya tante." Syifa memeluk tantenya setidaknya ia sedikit tenang.

Tanpa Syifa sadari ternyata Cerita yang tadi diceritakan oleh tantenya adalah kisah Syifa sendiri.

***

"Ah gak tau ah! Pusing gue ngerjain matematika kaya lagi ngerjain 500 soal." kesal Tissa melempar buku matematika miliknya kepada Zidan.

"Gak nyambung Tiss." lontar Zidan yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Tissa.

"Suka suka gue lah! Urusannya sama lo apa?!" bentaknya.

"Ya Allah salah gue apa coba ya. Nih cewek kudu di basmi."

"Syifa kok tiba tiba sakit ya?" gumam Rama.

"Sakit mah gak ada yang tau Ram." sahut Akbar.

"Eh besok ada lomba Volly antar kelas loh. Entar liat yuk." ajak Gibran.

"Skuy!"

***

Banyak yang bilang dirumah ajah itu enak. Tapi menurut Syifa tidak. Ia sangat bosan di rumah. Beberapa kali ia membuka hpnya.

Kevin tiang haha.

Lagi apa?
Kok gak berangkat

Tiduran.
Lagi sakit.

Gws ya ><
Mau di temenin?

Boleh sok sini.

Serius?

Canda

-_-

Besok gue ikut lomba volly
Jangan lupa dukung gue ya.
Bawain minum juga.

Siap kapten.

Oke di tunggu.
Simpen hpnya jangan main hp melulu.
Jadinya sakit kan.

Gada hubungannya woy.

Ada.

Read.

Syifa tak membalas chat itu. Ia sedikit merasa aneh dengan sikap Kevin yang akhir akhir ini seperti mendekatinya Atau cuma Syifa saja yang terlalu percaya diri.


I Am WrongWhere stories live. Discover now