8. Menyakitkan

691 441 126
                                    

"Plis Nal jangan baper sama gue, kita cuma ngejalanin misi kan?" Bright mencoba memberi pengertian kepada Nala.

Nala menggelengkan kepalanya.

"Mana ada cewe yang gak baper kalo dia deketin sama cowok yang dicintai. Gue cewek dan gue punya perasaan." Nala menunjuk dirinya sendiri.

"Lo jangan baper banget lagian kan ini cuman rencana kita doang, masa gitu aja baper alay." Ejek Bright.

Nala menatap Bright dengan tatapan kosong. Ia pikir Bright akan menenangkannya tetapi ternyata salah.

"Lo bilang alay? Lebih alay siapa sama cowok yang bales dendam dengan cara kaya gini sama perempuan? Namanya banci tau gak?!" Bentak Nala.

"Kenapa Lo jadi bentak gue?!"

Bright sudah kehabisan kesabaran. Sedari tadi ia sudah menjelaskan berapa kali kepada Nala tapi gadis itu tetap ingin Bright. Lama lama Bright kesal juga kepada Nala yang sedari tadi mengejek Syifa terus menerus.

"Terserah mau lo gimana. Tapi gue gak suka sama lo." tukas Bright.

Bright berjalan menuju motornya. Lalu ia meninggalkan Nala yang tadi ia ajak bertemu di taman.

***

"Kok lo selama dua hari ini agak aneh sih." cibir Akbar.

"Anehnya?" Syifa mengerutkan dahinya.

"Lo jarang ke kantin. Terus jarang ngobrol sama Bright. Jarang ke perpustakaan. Padahal 3 hal itu adalah hal yang tiap hari lo lakuin." jelas Akbar.

"Gak kok. Gue masih suka baca novel cuma bacanya di rumah aja."

"Terserah. Tapi kalo ada masalah lo harus cerita sama kita kita. Ini bukan permintaan tapi gue nyuruh lo." perintah Akbar posesif.

"Iya Akbar." jawab Syifa.

Seseorang menepuk pundak Gibran yang berada di luar kelas.

"Kenapa?" tanya Gibran.

"Disini ada yang namanya Syifa kak?" tanya gadis itu.

"Oh ada. Bentar ya."

"SYIFA!!!" teriak Gibran setelah itu Syifa keluar kelas lalu menemui mereka.

"Apaan sih? Berisik aja tuh."

"Ini di panggil adik kelas." ucap Gibran lalu meninggalkan mereka.

"Ada apa dek?"

"Di panggil sama Pak Herman kak di kantor."

"Oh oke makasih ya." Gadis itu mengangguk lalu meninggalkan Syifa.

***

Syifa membuka pintu kantor. Yang berada di ruangan itu langsung menatap Syifa membuat Syifa merasa malu.

"Syifa sini duduk." ujar Pak Herman.

Syifa mengangguk lalu ia duduk di sebelah Bright. Iya Bright. Syifa yakin Pak Herman pasti akan membicarakan masalah tentang mereka akan bernyanyi.

"Kalian udah ketemu sama lagu yang kalian mau?" tanya Pak Herman lalu mereka mengangguk secara bersamaan.

"Yaudah bagus. Nanti bapak minta kalian kek drama gitu disana."

"Hah? Drama gimana pak?" Syifa kaget.

"Nanti kalian kaya baca puisi. Nih nanti kamu Syifa baca puisi untuk Bright. Puisinya bebas apa aja." jelas Pak Herman.

Syifa menggigit bibirnya lalu ia memalingkan wajahnya. Bagaimana bisa jika ia harus bersama mantan. Menyebalkan sekali.

"Yaudah deh pak." akhirnya Syifa dan Bright mengangguk.

Setelah berpamitan, Syifa keluar dari kantor begitu juga dengan Bright.

Syifa berjalan dengan perasaan kesal bercampur gugup. Ia akan memberikan puisi apa nanti? Bagaimana jika nanti ada yang menertawakannya.

Saat ini Syifa hendak ke kamar mandi. Ia ingin cuci tangan saja. Ia bertemu Sheva, teman SMP nya yang saat ini satu SMA bersama Syifa namun beda kelas.

"Eh Syifa." sapa Sheva ramah.

"Oh Hai." sapa balik Syifa.

"Syifa katanya kamu udah putus sama Bright? Emang bener?" tanya Sheva lalu Syifa mengangguk saja. Tak ada yang perlu dirahasiakan.

"Kenapa putus? Padahal cocok jeh."

Kenapa putus? Kenapa putus? Gue gak tau haha. Batin Syifa

"Dia udah ada cewe lain."

"Siapa?"

"Gak tau. Udah dulu ya gue mau ke kelas."

***

Setelah pulang sekolah Syifa tak pulang ke rumah dulu. Ia hendak membeli Novel di gramedia. Ia mencari cari Novel yang ia mau. Membutuhkan waktu yang lama hingga akhirnya novel itu ketemu.

"Loh Syifa? Kok disini?" Entah dari mana tiba tiba Kevin datang menghampiri Syifa.

"Ah? Iya lagi beli novel jeh." kesal Syifa sambil sedikit tertawa.

"Lo lucu ya kalo lagi ketawa." puji Kevin.

Hm mencium bau bau fakboy , Batin Syifa.

"Emang lucu dari lahir. Kok lo disini? Suka novel? Kok baru tau ya."

"Nggak kok. Gue lagi nemenin ibu gue beli novel."

"Buat ibu lo?" tanya Syifa kemudian Kevin mengangguk.

"Umur berapa?"

"Apanya?"

"Your mother." jawab Syifa menggunakan bahasa inggris.

"Oh umurnya 46."

"Wah hebat baru pertama kali gue liat ibu ibu suka baca novel ."

"Hm iya ibu gue emang gitu. Lo pulang sama siapa?"

"Gak tau. Paling nunggu angkot."

"Pulang sama gue aja gimana?"

"Boleh. Tapi nanti ibu lo jangan ditinggalin!"

"Gak gitu juga kali Syifa. Gue bawa mobil."

Syifa mengangguk saja. Ia sudah selesai membeli novel dan sekarang hanya tinggal menunggu ibunya Kevin.

Setelah semua selesai. Kevin mengantarkan Syifa ke rumahnya. Syifa berterima kasih kepada Kevin dan juga ibunya yang sudah melahirkan Kevin :v.

I Am WrongWhere stories live. Discover now