2. Nyanyi bareng

1.1K 714 296
                                    

"Panggilan untuk Bright Vachirawit dan Syifa Hadju di tunggu di ruang piket." Suara Pak Herman terdengar di penjuru sekolah ini.

Gue sama Bright?

Merasa dirinya terpanggil Syifa menuju ke ruang piket. Tapi sebelum itu ia memberi tau teman temannya terlebih dahulu. Syifa berjalan dengan lesu. Badannya agak cape karena kemarin ia bergadang.

"Ada apa ya Pak manggil saya?" Tanya Syifa.

Pak Herman menoleh kemudian menyipitkan matanya. Maklum lah faktor tua. "Oh Syifa. Jadi gini buat nanti acara perpisahan sekolah dengan anak kelas 3. kamu sama Bright bisa nyanyi kan? Soalnya banyak yang bilang kalian itu cocok dan suaranya bagus."

Syifa terdiam. Bagaimana bisa ia bernyanyi bersama mantannya. Apa lagi di saat perpisahan nanti. Pasti banyak yang membicarakannya.

"Kalo saya sih mau mau ajah pak. Tapi gatau kalo si Bright." Kalo Syifa sendiri sih mau mau saja. Tapi entah dengan Bright.

"Bentar ya bapak panggil dia lagi."

"Panggilan untuk Bright Vachirawit."

Setelah menunggu beberapa menit anak itu sama sekali tak datang datang. Syifa mulai jenuh. Kemudian ide muncul di otaknya.

"Pak gimana kalo saya aja yang manggil dia ke kelasnya?" Tawar Syifa agar ia tak bosan menunggu disini terus. Pak Herman mengangguk saja.

Syifa berjalan menuju ke kelas Bright. Kelas Bright dengan Kelas Syifa itu sebelahan. Jadi sama saja Syifa akan kembali ke kelasnya.

Ketika ia sudah sampai disana bukannya masuk ia malah terdiam di depan pintu itu yang masih tertutup.

"Bright balikin dong! Kamu jail banget sih." Teriak seorang perempuan dari dalam kelas itu.

"Sini dong kejar! Kalo bisa wle." Balas Bright.

Suara itu. Suara yang membuat Syifa sakit hati akibat kecemburuannya. Syifa menundukkan kepalanya. Walaupun Bright sudah menjadi mantannya ia tetap tak rela jika Bright berdekatan dengan wanita lain.

Syifa memang egois. Syifa seperti anak kecil tapi anak kecil tak pernah berbohong soal perasaan bukan?

Syifa memundurkan langkahnya. Berniat ingin pergi tapi ia teringat tujuannya kesini untuk memanggil Bright. Syifa menyesal sudah kesini. Selain cape berjalan ia juga sakit hati mendengar suara Nala dan Bright.

Perlahan tangan Syifa mulai mengetuk pintu itu. Tak lama kemudian pintu itu terbuka. Ternyata kelas itu sedang sepi dan tak ada guru. Hanya ada segerombol lelaki yang Syifa yakini adalah teman teman Bright dan satu perempuan yaitu Nala. Syifa mulai berpikir jernih. Sepertinya Nala sangat berarti bagi Bright.

"Oh Syifa. Ada apa?" Tanya Dio.

"Oh ini gue mau manggil Bright. Tadi dia di panggil pak Herman di ruang piket." Ucap Syifa grogi karena di belakang Dio ada Marcel dan Kiki yang memperhatikan Syifa dari atas rambut sampai bawah kaki.

"Segitu perhatiannya ya Lo sama Bright sampe niat banget bantuin dia." Dio terkekeh.

Syifa memanyunkan bibirnya. Sebenarnya ini bukan kemauan dirinya. Toh, dia melakukan ini juga agar tak bosan menunggu di ruang piket.

I Am WrongTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon