16; Di Bawah Langit Malam

1.5K 181 48
                                    

Happy Reading
___

Di tengah kelamnya malam, di antara dinginnya udara yang menusuk kulit, di bawah naungan langit tak berbintang, pertarungan terus berlanjut.

Naruto mengusap darah di sudut bibirnya usai ia berhasil menyerang musuh dengan rasengan telak pada dada. Sekejap Naruto rasa tenggorokannya kering kerontang, dadanya sakit, napasnya sesak, dan pandangannya sesekali memburam.

"Naruto, mundur saja untuk kali ini. Percaya padaku, bahwa jika kau terus memaksakan dirimu untuk bertarung, maka keadaan tubuhmu akan semakin lemah. Sadar, Naruto."

Naruto mendengus, melawan Kurama yang suaranya memenuhi indra dengarnya. "Bagaimana jika aku membangkitkan perubahan mod--"

"Berbahaya! Kau mau mati, Naruto?!"

"Jika aku tidak mengenakan perubahan mode, maka aku akan kalah telak dalam pertarungan ini. Aku tak mau Konoha hancur, tak akan pernah mau."

"Terserah apa katamu. Kau keras kepala, Naruto."

Naruto mengerang menahan sakit. Sekali lagi ia mengusap darah di sudut bibirnya.

"Lihat betapa lemah tubuhmu. Jangan bertarung lagi, Naruto. Mundur dan serahkan pertarungan kepada shinobi lainnya." Kurama masih mencoba peruntungannya. Ia harap Naruto melunak.

Naruto mengambil ancang-ancang untuk berlari. "Maaf, Kurama. Kali ini aku tak bisa menuruti kata-katamu." Usai itu, Naruto melesat maju.

Dentuman masih terdengar dari berbagai arah, saling susul, beberapa di antaranya bahkan terdengar serentak. Kilat cahaya mencuat dari kejauhan. Asap mengepul, menyatu dengan udara dingin malam ini. Pekikan dan seruan warga saling sahut dari berbagai arah.

"Aku bukan tandinganmu, Uzumaki!"

Berdebam. Dua lapis dinding hancur begitu saja usai tubuh Naruto terlempar ke sana.

"Naruto-kun?!"

"Naruto?!"

Musuh menoleh, dari kejauhan ia lihat Hinata dan Sakura berlari menuju Naruto. Hinata satu langkah di depan Sakura, berlari dengan wajah kalut oleh berbagai emosi.

"H-Hinata?"

Sakura menyingkirkan reruntuhan bangunan yang menimpa kaki Naruto. Di sisi Sakura, Hinata tergugu, menatap Naruto dengan luka di hati.

"Jangan, jangan bertarung lagi!"

Naruto memejamkan matanya di kala Hinata memeluknya. Tanpa diminta, tangis Hinata turun detik itu juga. Wanita itu tersedu sembari mengeratkan pelukannya. Hanya satu hal yang Hinata khawatirkan saat ini, ia takut kehilangan Naruto.

Sakura mendecih. Tangannya terkepal menatap musuh. Tanpa permisi, wanita musim semi itu segera menghentakkan kakinya, melesat maju melawan musuh. Sakura tahu ia mungkin bukan tandingan musuh itu, tapi tak ada salahnya untuk mencoba.

"Sakura?!" panggil Naruto.

Hinata melepaskan pelukannya. Wanita itu menatap Naruto dengan tatapan perih. "Hentikan! Jangan pernah bertarung dalam kondisi tubuh seperti ini, Naruto-kun! Jangan pernah!"

Rules [BoruSara Fanfiction]Where stories live. Discover now