23; Memang Dia

1.2K 154 29
                                    

Happy Reading
___


Boruto menahan rasa sakit yang tak kunjung hilang dari lengan kanannya. Kini rasa sakit itu dibarengi dengan rasa perih yang hilang-timbul. Boruto perlahan bergerak, beringsut masuk ke semak belukar lebih dalam lagi. Biarkan kulitnya terluka oleh duri tajam dari semak belukar, asalkan tak ada orang lain yang melihatnya diambil alih oleh Momoshiki. Meski ia berada di tengah hutan, tetap saja ia waswas, takut ada seseorang yang melintas di sekitarnya.

Boruto mendesis menahan sakit. Tangan kanannya terkepal luar biasa erat. Namun ketika ucapan Momoshiki terdengar, kepalan tangan Boruto pecah begitu saja.

"Bodoh."

Momoshiki mulai bicara. Entah ke mana arah bicaranya.

"Kau mau bunuh diri, kah? Apa yang kau lakukan selama ini? Kenapa kau seolah selalu menghindari makanan dan minuman? Dalam waktu dua hari belakangan ini, kau hanya memakan beberapa apel. Apa maksudmu? Ingin mati kelaparan? Ingin mati konyol karena kebodohanmu?"

"Iya." Boruto memejamkan matanya. Kini ia bisa melihat Momoshiki yang berada di dalam dirinya. "Aku ingin mati ... lebih baik aku mati daripada harus menjadi wadahmu, Momoshiki."

"Jaga kata-katamu, Anak Manusia." Momoshiki mengernyit.

Boruto terkekeh rendah. "Anak Manusia? Kheh."

"Jika kau benar-benar berniat untuk bunuh diri, maka Sarada Uchiha yang akan kujadikan sebagai wadah pengganti dirimu. Aku serius, dengan ucapanku."

Boruto mengernyit tajam. "Jangan pernah membawa nama Sarada ke dalam masalah kita. Jika kau berani menyakiti Sarada, entah dengan cara apa pun itu, maka aku tak akan ragu untuk segera bunuh diri."

Momoshiki tahu, Boruto Uzumaki adalah sosok pemuda yang nekat melakukan berbagai hal, asalkan apa yang ia jaga tetap aman di balik punggungnya. Bahkan Momoshiki tahu, beberapa saat sebelum ia menanamkan segel karma pada Boruto, usai Boruto dinyatakan didiskualifikasi dari ujian chuunin waktu itu, orang yang pertama kali dipikirkan oleh Boruto, adalah Sarada. Tentang Boruto yang mengecewakan Sarada kala itu.

Pengaruh Sarada amat besar, bagi Boruto.

Sejenak iris tajam Momoshiki menyendu. Ia memalingkan wajahnya.

"Jangan ... jangan pernah sakiti siapa pun. Jangan gunakan tubuhku untuk menyakiti orang-orang yang ingin kulindungi. Kumohon," lirih Boruto.

"Tak hanya keluargaku, tak hanya keluarga Sarada, tapi juga teman-teman dan seluruh warga Desa Konoha. Jangan lukai mereka dengan tanganku ...."

Momoshiki berbalik, perlahan pudar dari benak Boruto. "Kalau begitu, jangan pernah bunuh diri, Boruto Uzumaki."

Boruto tetap memikirkan teman-temannya, bahkan, ketika tak ada seorang pun temannya yang benar-benar mencari kabarnya, terkecuali Sarada.

° ° °

Semua kardus yang kemarin Sarada minta untuk dibawa ke apartemennya, telah dipindahkan. Kemarin sore, Sarada dan Sakura sendiri yang memindahkan kardus-kardus itu, kemudian menelepon Hinata agar datang ke apartemen keesokan harinya.

Saat ini, Hinata, Himawari, Sarada, dan Sakura sibuk membongkar kardus-kardus itu. Sarada bekerja sambil menjelaskan apa rencananya atas semua kotak bekal dan cup ramen yang ia temukan.

Rules [BoruSara Fanfiction]Where stories live. Discover now