40; Menimang Bimbang

1.8K 180 54
                                    

Happy Reading
___


Keadaan desa mulai membaik. Bangunan-bangunan utama telah diperbaiki dan dapat difungsikan seperti dulu lagi. Untuk rumah seluruh warga, delapan puluh persen dari yang hancur telah diperbaiki. Warga juga bisa beraktivitas seperti dulu ketika Naruto masih memimpin.

Untuk saat ini dan seterusnya, Naruto benar-benar mengambil keputusan untuk pensiun dari jabatan hokage. Kini Konohamaru tetap memimpin, dibantu oleh Shikamaru sebagai penasihatnya.

Matahari bersinar cerah hari ini. Bahkan saking cerahnya, mata sipit Mitsuki terlihat semakin sipit ketika ia menatap langit dari balik jendela.

"He? Jadi kau hampir terhasut oleh semua isu itu, Mitsuki? Wah, ternyata kau tak setia kawan juga." Boruto menggelengkan kepalanya, berlagak kecewa atas penjelasan Mitsuki.

"Sebenarnya, teman-teman yang lain ikut terhasut, Boruto. Termasuk Chouchou dan berakhir dengan Sumire. Hanya aku dan Shikadai yang tidak percaya."

"Eh? Ketua Kelas juga percaya bahwa aku termasuk anggota musuh?" tanya Boruto.

Mitsuki mengangguk. "Awalnya, sih, nggak, tapi pada akhirnya dia ikut menganggapmu sebagai musuh," jelas Mitsuki.

Sarada yang duduk di bangku yang sama dengan Boruto hanya memilih untuk diam. Ia menikmati kentang goreng yang ia pesan dengan tenang, hingga akhirnya ia terbatuk ketika Mitsuki dan Boruto membahas tentang si Ketua Kelas--Sumire. Boruto menoleh ketika Sarada meraih botol minum dengan tergagap.

"Ketua Kelas masih sama, ya. Masih pemalu seperti dulu," sahut Boruto. "Terakhir aku bertemu dengannya, seminggu lalu di Kantor Hokage. Dia pergi ke sana untuk melaporkan beberapa hal, tentang Divisi Ninja Ilmiah tempatnya bekerja."

Mitsuki melirik Sarada yang mendadak kaku. "Kau sempat mengobrol dengan Sumire, Boruto?"

"Sebentar. Setelahnya aku langsung ke rumah Sarada, menemui Sasuke-san."

Tiga bulan usai insiden besar itu, hingga kini Boruto telah sembuh sepenuhnya. Boruto sudah bisa berlatih, makan hamburger seperti saat ini, tertawa riang ketika bertemu teman-temannya, juga memegang tengkuknya gugup ketika ia hanya berjalan berdua dengan Sarada.

"Dulu kau sempat menolong Sumire, 'kan? Waktu itu aku juga ikut bersamamu, Boruto." Mitsuki mengingat masa lalu, ketika Nue--makhluk yang bersahabat dengan Sumire--mengamuk di Konoha.

Boruto mengangguk saja, kemudian melahap hamburger pesanannya.

"Waktu itu kau juga tersenyum pada Sumire agar dia menyesali segala perbuatannya," tambah Mitsuki. "Mengingat wajah menangis Sumire waktu itu, kupikir kau ikut sedih melihatnya, Boruto."

Boruto meneguk minumannya. "Gadis pemalu seperti Sumire, kupikir aku m--"

Ucapan Boruto terhenti karena pergerakan Sarada. Sarada tiba-tiba berdiri, menekan meja dengan kedua tangannya.

Boruto memberikan tatapan bertanya-tanya.

"Ada apa, Sarada?" tanya Mitsuki.

"A-aku mau pulang duluan." Sarada menatap meja makan.

Boruto mengerjap. "Eh, kenapa? Bukannya kita janji pulang sore nanti, Sarada?"

Sarada menggeleng, mencari dalih agar ia dapat pergi secepat mungkin. "Aku ... aku kurang enak badan. Mendadak kepalaku pusing. Jadi aku mau pulang duluan," jawab Sarada.

Rules [BoruSara Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang