31; Kacau

1K 131 13
                                    

Happy Reading
___


"Tadi, Kawaki sudah sukses menyamar menjadi Boruto. Berarti, rencana kita aman sampai saat ini." Jigen tersenyum guna memulai penjelasannya.

Kawaki mendengus. "Jujur, aku tidak mengerti banyak hal tentang rencana kedua ini. Bisa kau jelaskan sedikit, agar aku tidak bingung atau mengacaukan semuanya?"

Jigen beralih menatap Kawaki, fokus pada matanya. "Aku memang mau menjelaskannya. Jadi, bisa kau bersabar sedikit?"

"Aku juga kurang paham."

"Iya, aku juga."

Beberapa anggota lain ikut bersuara dari balik jubah masing-masing. Satu-dua terlihat saling lirik karena Jigen tak kunjung menjawab kebingungan mereka.

"Kujelaskan secara garis besar. Dengarkan baik-baik karena aku tidak akan mengulangi penjelasan ini," ucap Jigen. Ia menegakkan duduknya sambil menarik napas.

"Ini rencana yang lebih besar daripada rencana pertama. Dalam garis besarnya, kalian akan kutugaskan untuk mengacaukan Konoha. Kacaukan Konoha sekacau mungkin, buat jiwa warganya semakin tertekan karena menemukan Boruto telah bergabung dengan kelompok musuh, buat pula pemerintahnya tertekan karena perekonomian mereka terjun bebas.

"Ketika Konoha kacau-balau oleh segala masalah itu, kita akan pergi ke sana untuk menghancurkannya secara langsung. Ketika mereka sibuk dengan kekacauan itu, kita pergi ke sana untuk memorak-porandakan Konoha hingga hangus tak bersisa. Kita mulai dari menyerang Konoha, dilanjutkan dengan menyerang desa lain yang tentu lebih lemah daripada Konoha." Jigen menjelaskan.

"Bagaimana tentang Boruto dan Sasuke yang dapat pulang kapan saja, kemudian bertindak sebagai pahlawan?" tanya Kawaki.

Jigen bangkit dari kursinya. Sorot matanya menajam. "Ketika kita menyerang Konoha, Boruto dan Sasuke pasti pulang dan bertindak sebagai pahlawan. Tenang saja, aku sudah memikirkan rencana untuk mereka."

"Apa?" tanya Kawaki.

"Ketika mereka berdua pulang, hal pertama yang akan kulakukan adalah memancing kebangkitan Momoshiki dari tubuh Boruto. Aku akan menawarkan kerja sama pada Momoshiki. Seandainya dia mau, maka menghancurkan dunia akan terasa lebih mudah. Namun, jika dia tetap tidak mau, maka aku tidak punya pilihan lain selain bangkit sempurna dari tubuh Kawaki, kemudian menyerangnya hingga ia mengaku kalah." Jigen diam sejenak. "Itu rencananya. Aku yakin Boruto dan Sasuke akan kembali ke Konoha, segera, ketika kita melakukan serangan besar nanti."

Rencana itu sejujurnya tak bisa Kawaki pahami dengan penuh. Otaknya terlalu sulit diajak bekerja sama dalam hal ini. Kini, satu hal yang ada dipikiran Kawaki adalah, kapan dirinya mati? Ia bosan hidup, bosan menjadi budak Isshiki, bosan menanggung sakit atas semua perlakuan Jigen, ia ingin mati di sini saja, agar bisa menyusul Naruto dan menyampaikan permintaan maafnya karena telah berkhianat.

Ingin melawan Jigen pun Kawaki pasti tak sanggup. Melawan sedikit saja, maka jantung Kawaki terasa seolah diremas begitu kuat. Jigen bisa menyakiti Kawaki jika ia melawan, dan Kawaki, tak ingin merasakan sakit lagi. Ia ingin langsung mati.

"Sebentar lagi kau akan mengungguli Boruto, Kawaki. Kau dan Boruto akan berhasil menyelesaikan penyempurnaan karma dalam waktu bersamaan. Aku kagum pada tubuhmu yang begitu kuat dalam menghadapi segala modifikasi ini. Berkat modifikasi, tubuhmu jadi lebih mudah untuk menerima karma. Hasilnya benar-benar memuaskan." Jigen tersenyum, menatap Kawaki, anak emasnya.

"Jangan pernah mengacaukan rencanaku, Kawaki. Ingat, dulu aku sudah memberimu kesempatan untuk merasakan hidup enak bersama Naruto? Sekarang, saatnya kau merasakan betapa perih kehidupan."

Rules [BoruSara Fanfiction]Where stories live. Discover now