22; Dari Kejauhan

1.1K 160 34
                                    

Happy Reading
___


Hari hampir malam. Senja yang menyebar di sepanjang langit bagian barat terlihat kian pudar. Bayang-bayang bulan terlihat dari balik awan tipis. Cahaya lampu mulai muncul dari balik jendela kaca warga desa. Di jalanan desa, ada banyak orang yang mempercepat langkah mereka menuju tempat peraduan masing-masing, ada yang masih tinggal di tempat pengungsian, ada pula yang beruntung lantaran dapat tinggal di rumahnya yang selamat dari peperangan.

Sakura menatap Sarada dengan serius. Ia mendengarkan penjelasan Sarada dengan seksama. Ruang persegi berdinding putih yang mereka tempati sempat hening sejenak, ketika Sarada menulis sesuatu di atas selembar kertas.

"Begini, Mama." Sarada menunjukkan kertasnya. "Untuk masuk ke tubuh manusia, racun bisa melalui beberapa cara."

Sakura meraih kertas yang ada di tangan Sarada.

"Racun bisa masuk ke tubuh manusia melalui beberapa cara. Yang pertama, ialah dengan cara menanamkan langsung racun itu kepada seseorang. Menanamkannya bisa dengan cara disuntik, atau dengan cara melukai tubuh korban dengan senjata yang telah terkontaminasi racun. Ini adalah cara yang paling umum digunakan," jelas Sarada.

"Lalu, yang kedua, racun juga bisa masuk ke tubuh manusia dengan cara lain, secara langsung tapi tak terlihat dengan jelas."

Sakura mengernyit. Ia menegakkan posisi duduknya. "Tak terlihat dengan jelas?"

Sarada mengangguk. "Ada kemungkinan racun itu masuk melalui makanan atau minuman, Mama. Racun itu masuk secara langsung, tapi tak dapat kita lihat dengan jelas."

Sakura berkedip setengah kaget. Dalam hati ia heran, kenapa bisa dirinya tidak memikirkan hal itu lebih dulu?

"Racun juga bisa masuk melalui udara, tapi, untuk kasus Nanadaime, rasanya itu mustahil. Jika memang racun itu menyebar melalui udara, pasti korban yang jatuh bukan hanya Hokage Ketujuh. Udara dihirup oleh banyak orang, harusnya ada banyak orang yang terkena racun apabila racun itu memang disebar melalui udara." Sarada diam sejenak, ia menatap meja dengan sebelah tangan terkepal.

"Karena itu, Sarada yakin bahwa racunnya masuk melalui makanan atau minuman?" tanya Sakura.

Sarada mengangguk. "Iya, Mama."

Sakura menatap Sarada. "Apa yang Sarada katakan benar-benar masuk akal. Untuk membunuh orang sekuat Naruto memang sulit. Namun, masih ada jalan lain yang bisa ditempuh untuk membunuh orang sekuat dia. Memberi racun adalah cara lain yang bisa dilakukan oleh seseorang, ketika ia merasa bahwa musuh yang ia lawan memiliki kekuatan yang tak tertandingi."

Setelah berdiskusi, Sarada dan Sakura membereskan barang-barang mereka. Keduanya akan segera pulang.

Sarada menatap jendela yang menampilkan langit malam. Ia berpikir, apa Boruto makan dengan teratur di luar sana? Apa Boruto makan sembarangan? Bagaimana jika ia juga terkena racun?

Sakura kembali mengukir senyumannya. "Berdiskusi dengan Sarada memang menyenangkan. Sarada bisa dengan mudah menemukan salah satu jalan keluar dari masalah ini."

"Kita tinggal mencari siapa sosok pemberi racun itu," lirih Sarada.

Sarada berjalan menuju jendela, ingin menikmati angin barang semenit saja. Ini hari kedua usai kepergian Boruto. Usai menghabiskan enam puluh detik waktunya di sana, Sarada pun menoleh pada Sakura.

"Ayo pulang, Mama. Sarada juga mau melihat langit dari luar. Sepertinya malam ini ada banyak bintang di atas sana."

° ° °

Rules [BoruSara Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang