0.5

976 126 17
                                    

“Makasih ya Om, udah mau temenin Nana main, seneng banget, bahagia banget malah” ucap Nana sembari tersenyum lebar.

Ardan menyandarkan tubuhnya di mobil, “Kapan-kapan main lagi mau?”

Nana melebarkan senyuman, “Beneran? Ih mau donggg”

Ardan mengangguk.

“Om”

“Apa?”

Nana menatap wajah Ardan, sekarang ia mengakui, kalau Ardan sangat tampan.

“Gapapa deh, aku masuk dulu. Bye Om” Nana berlarian kecil memasuki halaman rumahnya, ia melambaikan tangannya ke Ardan sebelum ia menghilang di balik pintu rumah tersebut.

Ardan masih menatap rumah tersebut, lalu tersenyum kecil mengingat kejadian memalukan tadi.

Bagaimana bisa ia muntah di depan pujaan hatinya, sungguh memalukan.

Ting!

Sebuah pesan tertampil di layar handphone Ardan. Menampilkan pesan atas nama Budi Setya Wijaya, ayahnya.

Ardan membuang nafasnya kasar. Lalu membuka pesan tersebut.

Budi Setya Wijaya
Pulang sekarang, akan ada tamu penting

Ardan mendengus kesal, selalu saja ayahnya memanfaatkan anak laki-lakinya itu untuk kepentingan bisnis.

Ardan lalu melajukan mobilnya menuju mansion.

o  -  o

“Gimana, Bun? Penampilanku udah cukup cantik belum?” tanya Nana sambil berputar di depan Tiara.

Tiara memperhatikan anaknya sambil tersenyum, merapikan gaun anaknya, “Cantik, kamu anak Bunda yang tercantik pokoknya.”

“Ih aku kan emang tercantik, masa Bang Satria cantik.” Nana mendengus kesal, sementara Tiara tertawa kecil melihat ekspresi anaknya.

Tiara dan Nana lalu turun menuju mobil mereka, di sana sudah ada Satria dan Arkan yang sibuk memperbincangkan harga saham

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Tiara dan Nana lalu turun menuju mobil mereka, di sana sudah ada Satria dan Arkan yang sibuk memperbincangkan harga saham.

“Lama banget sih, Bun” kesal Satria.

Tiara tersenyum kecil, “Namanya juga wanita, Sat”

“Ih, Bun! Jangan panggil Sat dong, kan kaya lagi berkata kasar kalo gitu” protes Satria.

“Yehh nama abang kan emang Satria, yakali mau dipanggil Panjul” ledek Nana, ia baru saja duduk di samping Satria.

“Udah-udah, maaf ya Satria, Bunda kan cuma bercanda” Tiara merapikan make-up nya.

“Ini nih yang Ayah kangenin, ributnya.” ucap Arkan sambil tertawa renyah.

Arkan melajukan mobilnya dengan tenang. Berbeda dengan suasana di dalam mobil yang sangat riuh. Nana yang sibuk berkelahi dengan Satria, Satria yang tidak henti-hentinya menggoda Nana, dan Tiara yang sibuk melerai mereka. Sungguh sangat ramai, seramai pasar.

MY PERFECT CEOWhere stories live. Discover now