1.4

544 38 1
                                    

“Aku tidak mengerti”

“Apa?” tanya Ardan yang duduk di sampingku.

Kami (Aku dan Ardan) sedang memisahkan diri dari keluarga untuk berbincang.

“Maaf aku meninggalkanmu, ini demi kita. Aku bekerja, menghasilkan uang untuk masa depan kita. Untuk anak-anak kita nanti. Hingga kurasa, aku harus meminangmu terlebih dahulu. Agar kamu tidak diambil oleh orang lain” ucap Ardan sembari menatapku lembut.

Tatapannya lembut sekali, hingga membuatku ingin menangis.

Tanpa diundang, air mataku lolos dari sudut mataku. Aku menangis untuk orang di sampingku.

Ardan memelukku, erat sekali. Aku membalas pelukannya. Ia mengusap punggungku dengan halus.

“Apa kau mau menjadi istriku?” tanyanya melepas pelukan.

Ardan merogoh saku bajunya, mengeluarkan sebuah kotak kecil, membukanya. Ini adalah cincin.

Ia memakaikan cincin di jari manisku, aku semakin menangis, aku sudah tidak peduli riasanku yang luntur, aku hanya ingin menangis, menangis bahagia.

“Ya aku mau!!” seruku lalu memeluk Ardan dengan sangat erat.

“Kamu ga tau apa yang udah aku lalui tanpa kamu, Ardan” ucapku disela-sela tangisan.

Ia mengangguk dipelukanku, “Aku tahu, maafkan aku”

Ardan melepas pelukannya, ia mengusap air mataku. Ardan mendekatkan wajahnya, ia mencium bibirku dengan lembut.

Perlahan, kami saling melumat bibir satu sama lain. Aku memeluk lehernya dan dia memeluk pinggangku.

Aku melepaskan ciuman, nafasku tersengal-sengal. Aku lalu menatapnya, “Terimakasih, sudah datang di kehidupanku, aku sayang kamu” ucapku lalu tersenyum.

“Ck, ck” Noval datang sambil membawa dua botol air mineral.

“Habis ciuman nih minum” dia memberikan botol itu, bisa kulihat dia sedikit gugup dan telinganya merah.

“Hoi” Ardan menyiku bahu Noval.

“Kupikir kalian harus meluruskan sesuatu” ucap Ardan, dia berdiri, dan meninggalkanku berdua dengan Noval.

Noval nampak canggung saat duduk di sampingku.

“Maaf, Na” ucapnya.

“Untuk?”

“Dulu, aku mutusin kamu tanpa alasan” ucapnya menggaruk tengkuknya.

Aku mengangguk, “Lupain aja sih, udah lama juga”

“Kamu tahu lah, aku masih berjiwa remaja yang labil banget. Tapi jujur, berada didekatmu sangat berarti untukku” ucap Noval.

Aku tersenyum, “Iya Noval. Tapi, bagaimana bisa kamu bersama keluarga Ardan?”

“Kamu tahu kan, aku adalah anak angkat Keluarga Wijaya?”

Aku mengangguk.

“Setahun yang lalu”

Author side

“Anak kurang ajar kenapa kamu kembali ke rumah ini?!” Budi hampir memukul kepala Noval jika saja Ardan tidak menahannya.

“Ayah, dia anakmu juga” ucap Ardan.

“Aku minta maaf, Ayah. Aku salah sudah meninggalkanmu dulu, sekarang aku sadar, aku butuh kalian semua” ucap Noval.

Budi meremat pundak Noval, “Anak kurang ajar. Bertahun-tahun pergi dari rumah dan membuatku ingin membunuhmu, tiba-tiba pulang dan meminta maaf?!”

MY PERFECT CEOWhere stories live. Discover now