1.3

515 46 10
                                    

“Ayo putus”

Nana terdiam setelah mendengar kalimat Noval.

“A-Apa? K-Kenapa, Val? Aku salah apa? Kenapa mau putus?” tanya Nana terbata-bata.

“Ga ada alasan” jawab Noval dengan nada dingin.

Plak!

“Brengsek” Nana menampar Noval.

“Iya gue brengsek, makanya jangan asal mau kalo gue ajak pacaran” Noval berbalik meninggalkan Nana.

Nana menahan air matanya dengan susah payah. Jadi selama ini ia dipermainkan saja?

• Nana pov

Sial, Noval sialan.

Aku salah apa sama dia sampai dia mempermainkan perasaan seenaknya aja?

Aku kira Noval beneran suka sama aku. Selama pacaran, dia baik banget. Suka traktir makan, main, jalan-jalan. Dia selalu nolak kalo aku mau bayarin dia balik.

Hiks

Hiks

Noval jahat.

“Kamu kenapa, Na?”

Om Ardan?

Aku mendongakkan kepala, kulihat Om Ardan sedang berdiri di depanku sembari membawa permen kapas di tangannya.

“Om?”

“Kamu nangis? Siapa yang bikin kamu nangis, ha?!” nada suara Om Ardan seperti sangat marah.

Aku takut jika aku bilang Noval memutuskanku, Om Ardan bakalan ngebom rumah Noval.

“Angin, Om” ucapku sambil mengusap air mata di pipiku.

Om Ardan ngasih aku permen kapasnya, lalu kita duduk berdua di atas bangku taman bermain.

Aku ada di taman bermain, tadinya ingin naik bianglala bersama Noval. Tetapi sikap Noval sudah berbeda sejak pagi tadi. Dia terlihat malas, dia menghindari tatapanku, dia juga tidak mau menggenggam tanganku.

Suasana canggung sekarang, aku sudah berhenti menangis, aku memakan permen kapas yang diberikan oleh Om Ardan tadi.

“Om kesini sendiri?” tanyaku.

“Tidak”

“Trus?”

Om Ardan mengedarkan pandangannya, lalu menunjuk seorang wanita yang sedang bermain panahan, “Aku bersama dia” ucapnya.

Itu Selena. Aku yakin itu. Penampilannya sungguh lucu namun terlihat sangat elegan karena bentuk wajahnya.

Selena, dia memakai hoodie pink oversize, celana pendek selutut, dan rambutnya dikuncir kuda. Dia manis.

Bahkan dia lebih manis dariku T_T.

“Om pacaran ya sama dia?” tanyaku.

Aku sedikit merasa tidak enak untuk berbincang dengan Om Ardan. Tapi sepertinya aku rindu padanya. Aku rindu perlakuan dia padaku dulu. Aku rindu sikapnya.

Aku menyukai Om Ardan.

Lebih besar dari pada rasa sukaku pada Noval.

Dan aku baru menyadarinya sekarang.

“Dia bilang, dia stress kalo selalu di rumah, jadi dia mengajakku ke sini” jawab Om Ardan.

Ah, aku cemburu.

Jika aku tidak berpacaran dengan Noval, mungkin aku sudah bertunangan dengan Om Ardan, kan?

“Om” aku memanggilnya, menatap matanya yang hitam legam.

MY PERFECT CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang