0.9

712 64 12
                                    

Di sinilah Ardan sekarang, ruang tamu Keluarga Bran. Sang kepala keluarga menyambut Ardan dengan tangan terbuka dan senyuman di bibirnya.

“Tumben kesini, Dan” ucap Arkan.

“Iya Om, sengaja” jawab Ardan. Ia lalu celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang.

Arkan yang mengerti lantas membuka suaranya, “Cari Nana?” tanyanya sambil tersenyum.

Ardan tersenyum kecil, “Iya Om, boleh dipanggilin? Kangen nih”

“Dasar anak muda kasmaran” Arkan lalu berjalan menuju kamar Nana untuk memanggil Nana agar turun.

Selang beberapa menit Arkan turun, ia duduk di depan Ardan lagi, “Lagi siap-siap katanya” ucapnya sambil menyeruput tehnya.

Ardan ber-oh kecil.

“Kamu sejak kapan suka sama Nana?” tanya Arkan.

“Sejak beberapa minggu yang lalu, Om”

“Kok bisa suka?”

Ardan tersenyum malu.

“Cinta pandangan pertama ya?”

Ardan kaget, namun ia mengangguk kemudian.

“Kalo kamu cuma mau main-main sama Nana, Om ga bakal merestui kamu. Tapi kalo kamu niat dan bertanggung jawab atas hubungan ini, Om bakal kasih lampu hijau.”

“Beneran, Om?”

Arkan mengangguk. Tak lama Nana pun turun, dia memakai celana putih panjang dan hoodie pink, kesan lucu dan tertutup.

Nana mendekati Ardan dan Arkan. Arkan yang tau situasi pun mulai pergi meninggalkan mereka berdua.

“Jangan aneh-aneh” ucap Arkan sebelum pergi meninggalkan mereka.

Nana duduk di sofa samping Ardan.

Ardan tersenyum, “Nih aku bawain boba, kamu suka ini kan?” ucapnya menyodorkan 2 cup boba.

“Kok tau?” Nana mengambil 1 cup dan menyedotnya.

“Tau dong”

“Om ngapain kesini?”

“Bosen di rumah, mending kesini liat kamu”

Nana tertawa pelan, “Kangen ya sama Nana?”

“Iya keknya, aku kangen”

“Om sibuk banget ya di kantor?”

“Ga sesibuk itu, tapi juga ga sesantai itu” ucap Ardan.

“Kapan mau jalan-jalan lagi? Nana bosen di rumah mulu” Nana memerucutkan bibirnya.

Ardan gemas, lalu mengacak rambut Nana, “Besok”

“Besok?!” mata Nana berbinar.

“Maksudku besok kapan-kapan”

Senyum Nana luntur, berganti wajah datar, “Kirain”

“Seseneng itu mau jalan sama aku?”

“E-eh?”

“Ahahaha, bercanda”

Hening sebentar.

“Soal perjodohan” Ardan membuka suaranya.

Nana menatap Ardan, Ardan balas menatap Nana.

“Jangan dipikirin, kamu masih sekolah juga. Fokus sekolah aja dulu. Aku siap kok nunggu kamu sampe lulus nanti” ucap Ardan.

MY PERFECT CEOWhere stories live. Discover now