1.0

655 52 7
                                    

Ardan melipat tangannya, menatap wanita yang sedang makan di depannya dengan tatapan intens.

“Kau tidak punya tujuan lain?” tanya Ardan.

Wanita itu berhenti melakukan aktifitasnya, “Aku ditipu oleh tunanganku, uangku dibawa kabur semua, bajingan keparat, jika aku ketemu sama dia, akan ku cabik-cabik wajahnya itu!” wanita itu tidak berhenti menyumpah-serapahi orang yang menipunya.

Ardan merotasi matanya, “Hei, Selena” panggilan Ardan menghentikan ocehannya.

“Kau ada tempat tujuan?” tanya Ardan, ia menatap kasihan ke arah Selena.

“Ada kok! Aku bakal ke tempat temenku, nginep sementara di sana. Mukamu jangan seperti itu, aku jadi terlihat seperti gembel” jawab Selena.

“Tapi kau sekarang memang seperti gembel” lirih Ardan.

Selena berdecak, “Kau antarkan saja aku ke alamat ini” Selena memberikan secarik kertas ke Ardan.

Ardan mencermati alamat yang ada di kertas itu, tidak terlalu jauh, tapi mencurigakan, “Kau yakin? Kau bahkan belum pernah kesana bukan?”

Selena mengangguk, “Aku hanya diberikan alamat itu, dia teman baikku, jadi aku percaya padanya”

Ardan bangkit dari duduknya, “Ayo, sudah malam, biar ku antar” ia berjalan menuju mobilnya.

Selena bangkit dengan terburu-buru, menarik koper yang dibawanya, lalu memasukkannya ke bagasi Ardan.

Setelah memasang seatbelt, mereka pergi ke alamat di kertas itu.

Di jalan, mereka hanya saling berkutik pada pikirannya masing-masing, sungguh canggung.

Selena, ia adalah mantan kekasih Ardan. Ia lah yang membuat Ardan jomblo sampai sekarang. Entah itu memang prinsip Ardan atau memang nasib Ardan.

“Orang tuamu, sehat? Kenapa tidak kesana saja?” Ardan membuka percakapan.

“Apa kau tidak ingat? Aku diusir dari rumah karena aku bersih keras untuk bertunangan dengan Kenan, dan meninggalkanmu” jawab Selena.

“Hei Ardan, apa kau masih jomblo? Mau pacaran sama aku lagi tidak?” tanya Selena, nadanya seperti menggoda Ardan.

Ardan melirik Selena, “Wanita gila”

“Bercanda astaga, aku juga tahu diri” ucap Selena.

“Apa rencanamu setelah ini?”

Selena berpikir, “Aku akan melapor kepada polisi, setelah mendapatkan semua uangku, aku akan membuka bisnis kecil, bisnis toko roti misalnya” jawabnya sambil menatap ke arah jalanan yang sepi.

Mobil berhenti, “Kenapa berhenti? Apa kita sudah sampai? Rumahnya yang mana? Hanya ada kebun di sini”

Ardan diam, tidak menjawab pertanyaan yang terus terlontar dari bibir Selena.

“Jawab aku bodoh” Selena menepuk bahu Ardan.

“Tinggallah di hotel saja” Ardan memutar balik kemudi.

“Hah? Wait! Kenapa?!”

“Tidak ada pertemanan yang abadi, Selena. Itu hanya fantasi.” tegas Ardan dengan nada dinginnya.

Selena mengerti, ia ditipu bahkan oleh teman baiknya sendiri. Selena tersenyum kecut. Sebulir air mata jatuh di pipinya.

“Ardan” panggil Selena, ia menunduk, tidak berani menatap ke depan, maupun menatap Ardan.

Ardan berdehem.

“Apa aku tidak bisa tinggal bersamamu untuk sementara waktu saja?”

o  -  o

MY PERFECT CEOWhere stories live. Discover now