1.1

547 51 9
                                    

Nana terdiam dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.

"Ran? Gadis ini siapa?" tanya wanita itu.

Ran nampak bingung harus bagaimana, "Emm, Nona Selena dia..."

"Hei, kau siapa?" Selena menghampiri Nana.

"Maaf, kupikir saya salah masuk ruangan" Nana menunduk, lalu berbalik pergi meninggalkan tempat itu.

"Bocah aneh"

Ardan mendesah kecil, ia membuka matanya, "Sedang apa kalian di sini? Hei Ran, sudah kau antar gadis kecilku itu?" tanya nya sedikit lirih.

Ran mengambilkan secangkir air minum untuk Ardan, membisikkan sesuatu, "Maaf, Tuan. Nona Renatta melihat Nona Selena sedang menggenggam tangan anda di sini tadi"

Ardan terduduk kaget, lalu memegangi kepalanya, mencabut selang infus yang ada di tangannya, lalu pergi untuk mencari keberadaan Nana.

Ardan sedikit berlari sambil memegangi tangannya yang sedikit nyeri, "Na, kamu dimana?" lirihnya.

Dari jauh ia melihat seorang gadis sedang terduduk di taman rumah sakit, wajahnya nampak sedang menahan tangis. Ia menghampirinya.

"Ah, kau di sini" Ardan duduk di sebelah Nana.

Nana mengusap kasar wajahnya, ia nampak tidak mood untuk berbicara.

"Hei, kenapa ke sini? Kau harus pulang, nanti-"

"Dan Om bisa bermesraan dengan wanita tadi?" Nana memotong omongan Ardan.

Ardan membuang napas pelan, lalu ia menggenggam tangan Nana, "Apa kau sedang cemburu?" godanya.

Nana menepis tangan Ardan, "Ga lah" sanggahnya membuang muka.

"Ah" Ardan berpura-pura sedang kesakitan.

"Om!? Om gapapa? Sakit ya? Apanya yang sakit?" Nana menatap khawatir ke arah Ardan.

Ardan tertawa kecil, ia lantas mendekap tubuh kecil Nana, "Maaf karena mengingkari janjiku tadi" ucapnya mengelus lembut surai Nana.

Nana terdiam, hangat, itu yang ia rasakan, "I-Iya, bisa lain kali kok, Om sakitnya parah?"

"Tidak, hanya kelelahan"

Nana memeluk tubuh Ardan, menyembunyikan wajahnya di balik dada Ardan, "Jangan sakit, sudah ku bilang jangan sakit kan"

Ardan melepaskan pelukan, "Kurasa kau sudah jatuh ke pelukanku sekarang" ucapnya sambil tersenyum.

Nana tersipu malu, wajahnya semerah tomat sekarang, "A-Ayo ke dalam, kenapa Om malah keluar sih"

"Tidak bisa"

"Kenapa?"

"Aku tidak kuat berjalan" Ardan berbohong.

"Ih gimana sih!"

o - o

Nana memapah Ardan untuk sampai ke mobil. Nana sudah bersikeras mengajak Ardan untuk kembali ke rumah sakit namun Ardan menolak dengan alasan pasti sudah sembuh karena tadi sudah di infus.

“Om, aku belum bisa nyetir, aku suruh Ran buat nyetir ya?” ucap Nana setelah mendudukan Ardan di bangku penumpang.

Ardan mengangguk, lalu menyenderkan kepalanya.

Nana berlari kecil untuk mencari Ran, tak lama, ia menemukan Ran sedang berjalan berdampingan dengan Selena. Nana berdecak kecil lalu mendekati mereka.

“Pak Ran, ah aneh banget jadinya. Om Ardan udah nunggu di mobil, ayo anter dia pulang” ucap Nana ia terkadang melirik ke arah Selena.

“Baik, Nona” jawab Ran.

MY PERFECT CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang