0.8

780 72 4
                                    

“Wah gila kimianya susah banget, kepala gue mau meledak rasanya” keluh Vina sambil mengacak rambutnya frustasi.

“Iya otak gue sampe ngebul noh” Naila menunjuk kepalanya yang tidak benar-benar berasap.

“Susah? Perasaan semua udah dijelasin sama guru, pas ditanya udah paham atau belum, kalian bilang udah. Tapi begitu ulangan malah bilang susah dan ga ngerti” Nia memasukkan bulatan bakso ke dalam mulutnya.

Vina dan Naila saling berpandangan, benar juga ucapan Nia, mereka merasa tersindir secara blak-blakan.

Nana, ia dari tadi hanya melamun sambil mengaduk-aduk nasi gorengnya, ia sedang memikirkan pertunangan— perjodohan itu.

“Woi!” Naila menyenggol lengan Nana.

Nana terlonjak kaget, “Apasih!”

“Oh ya santai dong, habis dari tadi lu ngelamun mulu sih” ungkap Vina.

Nia memperhatikan sahabatnya itu dari atas sampai bawah, “Dilihat dari muka lu yang memeable, sepertinya lu lagi mikirin jodoh”

Skak! Nia, kamu memang wanita idaman. Peka, cantik, dan to the point!

Nana mengerjap pelan, lalu tersenyum kecil.

“Tuhkan! Tebakan gua bener banget” Nia menepuk kasar pundak Naila sampai Naila kesakitan.

Naila meringis, “Siapa? Siapa yang sahabat gue pikirin? Noval? Oh ya btw Noval kecelakaan ya? Kok bisa? Kapan? Kasian banget” Naila terus menerus menghujani Nana dengan pertanyaan.

Nana menyumpal mulut Naila dengan kerupuk, “Satu-satu bego” ucapnya.

Naila memerucutkan bibirnya, lalu memakan kerupuk tersebut, “Ini pertanyaan yang gue pengen denger jawabannya. Siapa yang lu pikirin?”

Nana diam sebentar, “Perjodoh—”

WHAT!?”

o  -  o

Brak!

“Bagus! Kerja bagus! Saya yakin pengguna tidak akan bosan dengan game ini! Kerja bagus, Satria!” Ardan menepuk bahu Satria berkali-kali hingga sang empunya merasa kesakitan.

Yap, itu Ardan. Saking senangnya, ia sampai terlonjak dari kursinya hingga kursi tersebut jatuh.

“Terimakasih, Pak” Satria menunduk hormat.

Ardan menepuk dua kali bahu Satria, “Lanjutkan dan selalu berikan laporan perkembangan game ini kepadaku” ucapnya lalu keluar dari ruangan tersebut.

Tebak Ardan mau kemana? Tentu saja menjemput kekasih- calon kekasihnya.

“Tuan?” panggil Ran.

“Hm?” Ardan masih berjalan tanpa berhenti atau menatap sekretarisnya itu.

“Apakah Tuan akan menjemput Nona Renatta?” tanya Ran.

“Bukankah sudah jelas?” jawabnya.

“Tapi Tuan, pekerjaan anda..” ucapan Ran terpotong karena Ardan mendadak berhenti.

“Aku akan kembali setelah mengantarnya pulang jadi jangan bawel”

o  -  o

MY PERFECT CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang