MENJAUH

121 10 1
                                    

"Kita manjat aja!" ujar Cia setelah melihat gerbang utama tertutup karena mereka terlambat masuk sekolah.

"Alicia! Gue tau lo permaisuri wakil ketua Galaxi, tapi jangan ikutan nakal juga, masa kita harus manjat sih?"

Cia menekuk lengannya di pinggang. "Gak ada pilihan lain Ra! Lagian kelakuan Revan udah mendarah daging di gue."

"Ya tapi kan--"

"Udah gak usah ngoceh mulu! Lo duluan yang naik! Biar gue bantu."

Mora pasrah. "Yaudah deh." Ia lantas menginjak tangan Cia yang dijadikan penyangga untuk membantunya naik.

"Ntar disitu ada loker kosong lo injek aja terus turun pelan-pelan!"

"Serem banget deh Ci sumpah! Selama gue sekolah bertahun-tahun baru kali ini diajak bandel sama temen sendiri, kayaknya gue harus mikir dua kali deh buat jadi temen lo lagi."

brugh!

Mora mendarat dengan selamat. "Udah Ci, buruan!"

"Huh giliran suka sama Gala aja gak mikir dua kali!" Cia merapihkan seragamnya setelah berhasil melompat ke bawah.

"Demi apa Cia, liat!" Mora menyentuh gembok yang tergantung pada gerbang kecil yang tidak terkunci.

Cia menyibakkan rambutnya. "Sialan!"

"Lain kali jangan lewat sini lagi!"

Mereka berdua menoleh. "Shaka?"

mampus!

Mora meneguk ludahnya sambil menatap Cia. Wajahnya sudah berubah pucat pasi sekarang. Baru saja ia ingin merasakan rasanya jadi anak bandel, tapi hanya bertemu dengan Shaka saja sudah membuat dirinya kelimpungan abis.

"Lo ngapain disini Ka?" Mora berusaha tersenyum ditengah wajah pucat nya.

"Gue lagi nge cek koridor belakang sekalian mau kunci gerbang itu!"

Mora mengangguk sambil meremas rok nya. Selain pintar, ia tidak lupa kalau Shaka juga anggota OSIS, dan entah bagaimana nasibnya nanti seandainya Shaka membicarakan ini pada guru BK.

"Shaka plis maafin gue! Gue terlambat soalnya macet, jangan hukum gue ya! Ini baru pertama kalinya gue loncat dinding, gak tau kalo Cia."

"Mora!" Cia menatapnya dengan tajam.

"Gue gak bakal ngadu, asalkan kalian gak ulangi lagi!"

"Hah serius Ka?"

Shaka mengangguk. Mora langsung mendekat kearahnya. Dengan romantis ia menggenggam tangan lelaki itu, Mora seolah menyiratkan sesuatu untuknya, dan mereka tiba-tiba melemparkan pandangan.

"Sumpah lo ganteng banget deh pagi ini!"

"Hmptz!" Cia menahan tawa.

Shaka menghela napasnya. Kehidupannya memang sudah terbilang cukup berwarna. Kadang tegang, kadang biasa aja, kadang juga bikin ngakak seperti ini.

...


"Gala boleh cium pipinya gak?"

"NAJIS, pergi lo!"

Mora lantas merajuk. Ia tahu Gala tidak pernah menyukainya, tapi setidaknya ia juga ingin sedikit manja dengan lelaki begajulan itu. Mora kemudian melangkah mengimbanginya. Ia menarik dasi seragam Gala dan berjinjit untuk mengecupnya.

cup!

Gala mematung. Mora berlari pergi begitu saja meninggalkan korban yang sepertinya ingin muntah.

LEOMORA Where stories live. Discover now