KECELAKAAN

150 10 0
                                    

"ARSHAKA!!"

Teriakan Mora menggema di taman komplek. Ia mencari keberadaan lelaki itu dengan raut cemas yang tidak terkendali. Gala yang belum memahami situasi pun hanya bisa terdiam menatap gadisnya yang sudah berlinang air mata.

Ia mencoba berjalan untuk menghampiri. "Ra, udah Ra mungkin Shaka pergi ke tempat lain."

"Arshaka." Tubuh Mora langsung dipeluk oleh Gala. Lelaki itu membiarkan Mora terisak dalam dekapannya. Entah apa yang sedang menimpa Mora, tapi apakah sebesar itu masalahnya hingga membuat gadisnya seperti ini?

"Udah ya Ra, kita cari Shaka besok lagi, kamu harus pulang ini udah mau hujan."

"Shakaaa." Mora masih saja menangis sesenggukan, belum sempat ia melupakan tentang percakapan mereka didalam kafe, dan sekarang ia harus memikirkan keberadaan Shaka yang entah dimana.

"Ra, kita pulang ya."

Mora mengheka air matanya. Ia mendongak menatap Gala. "Kita cari Shaka sampai ketemu Gal, aku khawatir dia kenapa-napa."

"Tapi Ra--"

"Kalo gak mau juga gak papa Gal, aku bisa sendiri cari Taxi." Mora langsung melepas lengan Gala darinya.

"Heii, yaudah sekarang aku bakal temenin kamu cari Shaka, tapi kamu jangan nangis ya, aku gak suka liat kamu nangis."

Mora terdiam.

"Ra, liat aku! Udah ya sayang jangan nangis, kita cari Shaka sekarang!"

Mora menundukkan kepalanya, berusaha menahan air mata yang selalu memberontak ingin keluar. Bukan saatnya ia untuk menangisi kenyataan yang sangat menyakitkan itu. Kini keadaan Arshaka lebih penting dari semuanya.

Mora menganggukkan kepalanya kepada Gala. Mereka langsung berjalan menuju motor yang terparkir di tepi taman. Semoga saja tidak terjadi apa-apa kepada Arshaka yang pasti sangat emosi sekarang.

...

Hujan deras tiba-tiba turun tanpa disangka. Cahaya sore pun sudah mulai redup karena terhalang oleh awan hitam. Arshaka terdiam sambil memegang benda yang hendak diberikan kepada Mora.

Ia terkekeh hambar ketika semua ucapan Rio dan Rania masih terus terngiang di kepalanya. Shaka masih belum mempercayai hal ini yang benar-benar terjadi di kehidupannya, tidak, bahkan ia tidak mempercayainya. Jika kenyataan ini akan menghampirinya begitu saja, lantas semua perjuangannya untuk berusaha memendam perasaannya pada Mora mungkin berakhir dengan sia-sia. Sekarang dia sudah seperti jatuh cinta pada cinta yang terlarang.

Shaka menyibakkan rambutnya ditengah hujan deras. Sesulit itukah untuk sekedar hidup tenang dan bahagia? Sesulit itukah ketika ia hanya ingin hidup sesuai dengan keinginannya?

"ARGHH!!!"

Shaka membanting benda yang dibawanya, ia menendang benda itu dan langsung terduduk  diatas tanah. Ia mengusap wajahnya yang sudah tersamarkan oleh hujan. Tidak akan semudah itu untuk bisa menerima bahwa Mora adalah adiknya sendiri.

bugh! bugh!

Shaka menghantam tanah dengan raut kesal. Bahkan dengan pelampiasan seperti ini pun belum cukup untuk menghapus semua yang sudah menjadi kenyataannya.

Kisah cintanya yang sudah kandas karena Mora akhirnya bersama orang lain, dan sekarang perasaannya juga sudah lenyap karena Mora adalah saudara kandung nya.

"ARGH BANGSAT!!"

...

"ARSHAKA! SHAKA LO DIMANA KA!"

Sudah lima tempat Mora kunjungi bersama Gala, semua tempat yang ia ketahui sudah ia kunjungi tapi hasilnya tetap nihil, seseorang yang ia cari belum juga terlihat sampai sekarang.

LEOMORA Where stories live. Discover now