AMPLOP PUTIH

82 8 0
                                    

Shaka menghentikan langkahnya ketika melihat Rio sedang terduduk manis dengan segelas kopi ditangannya.

"Dari mana aja kamu?" tanya Rio.

Shaka tidak menjawab. Ia kembali melangkahkan kakinya. Susana hatinya sedang enggan untuk sekedar bertengkar, jadi ia biarkan begitu saja pertanyaan Rio.

"Gak punya sopan santun kamu jadi anak!" sarkasnya.

Shaka lantas terhenti di ambang pintu kamar. Ia memijat pelipisnya karena lelah. Hari ini benar-benar berat untuk di lalui, terlepas dari Mora ia juga kesal kepada Rio, kenapa Papahnya itu tidak pernah taubat dari perbuatan kejinya.

"Papah udah bilang sama kamu, jangan pernah ikutin Papah! Jangan pernah cari Papah kemanapun!" ucap Rio dengan intonasi menekan.

"Bukan itu yang jadi masalah sekarang Pah," jawab Shaka.

Rio terdiam.

"Kenapa Papah pecat Mba Inah tanpa persetujuan dari Shaka?" tanya nya.

"Karena pembantu gak guna itu selalu ngasih tau kamu semua tentang Papah selama kamu disekolah!" Kini napasnya ikut memburu dalam dada.

Rio sebenarnya tau semua yang dilakukan oleh pembantunya kepada Shaka sejak dulu. Ia tidak bisa lagi membiarkan itu terjadi, ia tidak mau Shaka terus memergokinya berkencan dengan semua wanita.

"Tapi Pah! MBA INAH ITU UDAH SHAKA ANGGAP SEBAGAI IBU SHAKA SENDIRI!"

prang!

"DIAM KAMU!"

Cangkir berisi kopi yang semula ia teguk kini pecah dihadapan Shaka. Rio sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi. Shaka selalu membuat dirinya kesal setiap kali ada dirumah.

"Shaka kecewa sama Papah! Semenjak mamah pergi, Papah jadi berubah kayak gini!" Ia masuk kedalam kamarnya.

"Jaga ucapan kamu Shaka! SHAKA!"

Hari ini perasaannya benar-benar berkecamuk. Emosi yang belum sempat ia redam pun kini mencuat lagi karena pertengkaran barusan. Shaka bingung sekarang, kemana lagi ia harus mencari tempat untuk menghibur hatinya.

...

"GALAA!" pekik Mora.

Pagi ini suasananya berbeda. Tanpa ada rasa amarah lagi, Gala malah tersenyum menghampirinya. Ia menatap wajah Mora yang berseri-seri itu dengan lekat. Entah sejak kapan perasaan ini tiba-tiba timbul di benaknya. Ia tidak tau.

"Pagi Gala?" sapa Mora.

"Pagi juga Mora." Matanya kini tertarik keatas diiringi senyuman.

"Nih aku bawain sandwich buat kamu, sini aku suapin!" Mora menarik tangan Gala untuk duduk dikursi koridor depan kelasnya.

"Buka mulutnya!"

Gala terkekeh sejenak. Ia lantas membuka mulutnya untuk menyambut sandwich yang di ulurkan oleh tangan Mora.

"Gimana, enak gak?"

Gala yang sibuk mengunyah mengangguk-anggukan kepalanya. Ia tidak berbohong, sandwich dari Mora terasa menyatu dengan seleranya.

LEOMORA Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon