" SIX "

12.2K 1.4K 109
                                    

                                               " SIX "










"EOMMA, ECHAN BERANGKAT!!" teriak Haechan sambil comot sandwich di atas meja makan dan memakannya sambil berjalan menuju garasi rumahnya untuk mengambil mobil.

"JANGAN LUPA JEMPUT SUAMIMU SAYANG!"

Haechan, hanya memutar bola matanya malas saat mendengar teriakan sang eomma.

"Ini kebalik gak sih? siapa yg suami siapa pula yang jemput" gerutu Haechan memasuki mobilnya dan pergi menuju rumah Jisung.

Haechan, sekarang punya pekerjaan baru selain menjadi dokter hewan, dia sekarang juga menjadi Drivernya Jisung sebelum berangkat ke rumasakit.

Sesampainya di rumah Jisung, Haechan sudah melihat Jisung berdiri di depan gerbang seperti biasa menunggu kedatangannya.

Tin...tin...

Jisung, menoleh dan segera beranjak mendatangi Haechan.

Brak!

Helaan nafas sabar Haechan keluarkan saat melihat wajah kusut Jisung yang pasti masih marah padanya soal kemarin saat di Mall.

"Kau sudah sarapan?" tanya Haechan basa-basi untuk mencairkan suasana.

"Eemmm"

Haechan, mengangguk meski Jisung hanya menjawab dengan gumaman tanpa menoleh ke arahnya.

"Gunakan seatbelt mu" ucap Haechan mulai menginjak gas dan mereka berangkat ke sekolah Jisung.

Selama perjalanan tak ada yang berbicara seperti biasa dimana Jisung akan bercerita banyak hal tentang sahabat dan sekolahnya.

Hari ini, benar-benar sunyi seperti tak ada siapun di dalam mobil itu.

"Sudah sam-"

Brak!

Lagi-lagi Haechan menghela nafas lelah melihat kelakuan Jisung yang masih marah hanya karena funko.

Tak mau terlambat kerja dan tak mau tambah pusing, Haechan memilih segera pergi dari area sekolah dan berangkat ke rumasakit.

"Hhuuffff" hela Haechan sambil meletakkan kepalanya di atas meja.

"Kenapa?"

Haechan, mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Felix yang sepertinya juga baru sampai.

"Gak" jawab Haechan singkat.

"Di suruh ketemu jodoh lagi?"

"Enggak"

Felix, mengerutkan dahinya bingung "lalu?" tanya Felix.

Haechan, membenarkan posisi duduknya dan menghadap pada Felix "aku di jodohin sama anak SMK dan sekarang dia ngambek"

"Puuffttt... aahahahahahaha!!!" Felix, tertawa sangat puas sampai-sampai dia memegangi perutnya yang kram karena tertawa terlalu berlebihan.

                                            - - -ooOoo- - -

Jaemin dan Jeno duduk bersebelahan dengan Jisung di hadapan mereka.

"Kau kenapa?" tanya Jaemin.

Jisung, bukannya menjawab malah balik bertanya "apa hari ini ada tanding?" tanya Jisung.

Jeno dan Jaemin saling bertukar pandang dan kembali melihat ke arah Jisung.

"Gak ada" ucap Jaemin dan Jeno bersamaan sambil menggeleng secara bersamaan juga.

"Adain dong" ucap Jisung.

"Mana bisa gitu"

Brak!

"Nih uang, tantangan Mark untuk balap sama aku malam ini" ucap Jisung sambil meletakkan uang segebok di atas meja.

Jeno dan Jaemin terkejut sekaligus terheran-heran karena Jisung tak pernah mau keluar modal untuk tanding balap.

Fakta Jisung lainnya adalah, Jisung itu kaya tapi dia tak pernah mau rugi atau keluarkan uang untuk tanding balap atau ke klub malam, dia akan berangkat tanding jika ada yang menantangnya yang mana hadiah pasti sudah di siapakan si penantang dan Jisung akan mabuk-mabuk an di klub malam jika ada yang memarkirnya.

Jisung, akan keluarkan uangnya untuk membatu panti sosial dan anak yatim termasuk anak jalan.

"Kau yakin?" tanya Jaemin.

"Apa aku seperti sedang berbohong?"

Jaemin, menggelengkan kepalanya "enggak" ucap Jaemin.

"Ya udah cepat hubungi Mark" ucap Jisung pergi keluar kelas meninggalkan dua sahabatnya.

"Na"

"Hhmmm"

"Dia lagi ada masalah apa lagi sih? bukanya udah putus sama si cabe afrika itu"

Jaemin, menuangkat kedua bahunya yang bertanda Jaemin juga tak tau masalah apa yang sedang menimpa Jisung sehingga Jisung menantang anak sekolah sebelah.

- - -ooOoo- - -

Sore harinya seperti biasa, Haechan akan menjemput Jisung di sekolahnya.

"Suitt...suittt... cewek!"

Haechan, menoleh dan melihat pak Cahyono satpam sekolah Jisung yang kemarin menggodanya dan berakhir di lempar rantang oleh istrinya kini kembali menggodanya lagi.

"Pak kenal Jisung gak?"

Satpam itu seperti berpikir sebelum menjawab pertanyaan Haechan.

"Kenal"

Senyum Haechan mengembang karena dia tak perlu berjalan mengitari sekolah untuk mencari Jisung.

"Bisa minta tolong cariin bisa gak pak?" tanya Haechan.

"Kamu punya ponsel?"

Haechan, mengangguk polos saat satpam itu bertanya apa dia punya ponsel.

"Ada pulsanya?" tanya satpam itu lagi dan lagi-lagi Haechan mengangguk.

"Kenapa gak di telfon saja?"

"Udah tapi gak ada jawaban"

Satpam itu mengangguk paham "lagi balapan mungkin" ucap satpam itu yang tau kebiasaan Jisung karena sering kali anak sekolah sebelah mencari Jisung untuk di ajak tanding balab.

Haechan, membolakan matanya "bapak tau di mana biasa dia balapan?" tanya Haechan.

"Tau lah" ucap pak Cahyono seolah dia itu pusat informasi yang tau segalanya.

"Dimana pak?"

Pak Cahyono tersenyum aneh dan merogoh saku celananya "tukeran nomer dulu" ucap pak Cahyono memberikan ponselnya pada Haechan.

Haechan, meraih ponsel milik pak Cahyono dan mengetikkan nomer di sana.

"Udah, dan sekarang katakan di mana mereka melakukan balapan?"

Satpam itu memberi tau tempat yang sering di gunakan Jisung dan teman-temannya untuk balapan dan dengan kekuatan seribu bayangan Haechan melesat ke tempat tujuan meninggalkan satpam sinting yang sudah senyum- senyum tak jelas melihat ponselnya yang memperlihatkan nomer yang di ketikkan oleh Haechan tanpa tau itu nomer satpam komplek rumah Haechan.





- - -ooOoo- - -

Kasian tu satpam 🤣🤣🤣

"MY PERFECT HUSBAND" {JiHyuck} END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang