🐱RA - TIGA PULUH EMPAT

1.5K 91 5
                                    

"Ciee, baby boy Bunda udah mau tiba di Dunia, nih." Alydra tersenyum senang.

Usia kandungannya sudah memasuki bulan ke-sembilan dan tinggal hitungan hari saja untuk sang anak lahir ke Dunia.

"Baby Arsa." Ringisan kecil keluar dari mulut Alydra. Anaknya itu memberikan respon dari panggilannya dengan tendangan yang begitu kencang.

Tendangan yang diberikan oleh sang buah hati pertamanya memang sudah tidak sekecil dan sepelan ketika usia kandungannya masih berada di bulan ke-lima.

Alydra terus memperhatikan perutnya yang terlihat bergerak-gerak. "Lucu banget deh." Alydra memberikan usapan lembutnya.

"Sehat-sehat, ya, Nak. Mau liat Dunia yang begitu kejam ini, 'kan?"

"Iya, kejam. Dunia ini kejam banget, Nak. Kejam buat Papa, buat Tante Luna, buat Kak Gea, buat Oma sama Opanya Arsa juga."

"Dek."

Perhatian Alydra teralihkan ketika mendengar panggilan itu. Senyumnya mengembang. "Abang!!"

"Lala diem disitu aja, biar Abang aja yang datengin Lala." Elang berjalan menghampiri adiknya dengan menggandeng tangan Cia.

"Halo, kak Cia!" Alydra menyapa Cia dengan riang usai berpelukan.

"Ciee ... bentar lagi ada yang mau sah, nih."

Semburat merah muda pada pipi Gracia terlihat.

"Udah-udah. Mana suamimu?"

"Lagi di taman belakang sama Gea," jawab Alydra setelah menelan habis makanannya yang diberikan oleh Gracia.

Elang menganggukkan kepalanya. "By, suapin gue juga lah. Masa Lala doang yang disuapin."

"Sini, duduk di samping aku, Bayi."

Tanpa pikir panjang Elang langsung duduk di samping kanan Gracia dan membuka mulutnya. "Ini, Bayi."

"Ternyata Abang begini aslinya." Alydra berucap setelah tawanya reda melihat kelakuan Elang.

"Dasar bayi gede, sama aja kayak laki aku."

Elang tidak memperdulikan ejekan dari Alydra. "Hadeh."

•••

"Selamat Malam, Bunda." Revandra mengecup singkat kening Alydra.

"Selamat Malam juga, Papa."

"Ini, Papa beliin Bunda mangga, jeruk, sama pisang."

Mata Alydra berbinar-binar. "Uhh, Papa tahu aja Bunda lagi pengen makan buah."

"Apasih yang Papa nggak tahu kalau udah soal Bunda, hm?"

Keduanya terkikik geli setelahnya. Mereka berdua memang terlihat sangat random akhir-akhir ini.

"Gea mana, By?" Suaminya itu celingukan mencari sang anak yang tidak terlihat dari awal ia pulang.

"Di kamar, anakmu ketiduran gara-gara capek nungguin Bapaknya pulang, lama buanget loh."

Revandra terkekeh lalu menguyel-uyel pipi Alydra dengan gemas. "Pipi kamu tambah gede aja. Pengen aku gigit rasanya. Aku gigit, ya?"

Anggukan pasrah diberikan oleh Alydra sebagai jawaban. Revandra tersenyum senang dan dengan cepat menggigit pipi chubby sang istri. "Aaaa lutuna pipi istri Revan." Revandra menatap mata sang istri, tangannya bergerak mengusap pipi Alydra yang basah karena gigitannya.

"ARGH!!" Alydra tiba-tiba berteriak keras. Ia merintih kesakitan dengan tangan kanan yang memegang bagian perutnya dan tangan kiri yang mencengkram erat pergelangan tangan Revandra.

"By?"

"Pe-perut aku ...." Alydra tidak sanggup lagi untuk melanjutkan ucapannya. Alydra memejamkan matanya, menahan rasa sakit yang benar-benar membuat tubuhnya lemas.

Dengan perasaan yang tidak karuan, Revandra langsung mengangkat tubuh Alydra—menggendongnya ala bridal style.

"Tahan sayang, kita ke rumah sakit sekarang."

•••

"Ya Tuhan, semoga semuanya lancar, semoga Lili dan bayinya nggak kenapa-kenapa." Grace menautkan ke-dua telapak tangannya, merapalkan segala doa demi kelancaran persalinan dan demi keselamatan keduanya.

"Ma ...," lirih Elang dengan mata yang berkaca-kaca sambil menatap Zivana, Mamanya.

"Adek dan keponakan Abang bakalan baik-baik aja." Zivana tersenyum, mencoba menenangkan anak sulungnya itu, padahal ia pun juga merasa takut.

"Kalo Lala sampai kenapa-kenapa, Elang bakalan salahin Revan. Harusnya dia tunda dulu keinginannya buat punya anak itu."

Zivana menggeleng, tangannya mengusap lembut rambut Elang yang sudah mulai panjang. Ia belum memotongnya.

"Abang nggak boleh kayak gitu. Sudah rezeki dan takdirnya mereka punya anak diwaktu yang begitu dekat dan cepat."

"Kita doakan saja, semoga semuanya berjalan lancar."

"Iya, Ma."

•••

"Izinin aku pergi, ya?"

"By ...." Revandra menatap sendu ke arah Alydra yang sedang tersenyum kepadanya.

Alydra menggenggam tangan kanan Revandra dengan lemah. "Jaga anak-anak kita dengan baik. Maaf, ya, aku cuman bisa kasih kamu satu anak, yaitu baby Arsa. Nanti, kamu tetap bisa punya banyak anak sesuai impian kamu kok, tapi sama perempuan lain. Sama perempuan yang bakalan jadi istri baru kamu, juga Bunda baru buat Gea sama baby Arsa."

"Sayang, udah, di—"

Alydra menyela ucapannya. "Ikhlasin aku."

"Nggak! Jangan pergi. Jangan tinggalin aku." Revandra menggeleng. Rasanya kepalanya seperti ingin pecah saat ini.

"Selamat tinggal, suamiku—

—Revandra Gravano Dirgantara."

Revandra & Alydra Where stories live. Discover now