😺RA - TIGA PULUH TUJUH (END)

2.6K 96 29
                                    

"Assalamu'alaikum!"

Tidak ada sahutan. Alydra merogoh slingbag-nya, mencari handphone-nya.

Alydra mencari nomor suaminya—Revandra. "Kagak diangkat?"

Decakan kecil keluar dari mulut Alydra. "Eh nggak dikunci? Kalo tahu gini udah daritadi gue masuk."

"Assalamu'alaikum."

Tetap tidak ada sahutan. Alydra memilih berjalan ke arah kamar bawahnya. Ia merasa sangat lelah untuk naik.

Terdengar suara tawaan dari dalam kamarnya. Alydra memutar gagang pintunya secara perlahan. Betapa terkejutnya Alydra ketika melihat pemandangan yang ada di dalam kamarnya.

"Astaghfirullah. Kamarnya kenapa jadi berantakan kayak gini?!"

Revandra menoleh refleks. "Eh, Ayang."

"Pala lo Ayang! Ini kenapa jadi berantakan coba?!"

Suaminya itu malah menunjukkan cengirannya. "Anu, aku lagi main sama anak-anak, jadi berantakan. Nanti aku bersihin. Kamu kalau capek, bobo aja."

"Aghh kek ndhjsjs! Seenak jidat lo bilang bakalan bersihin? Kemarin-kemarin lo bilang gitu juga tuh, tapi tetep ae gue yang bersihin." Alydra gemas sendiri.

"Beneran, By. Ku bersihin nanti. Kamu bobo aja. Tuh, kasurnya udah aku rapiin. Aku lanjut main di atas aja sama anak-anak." Alydra menahan tangan Revandra. Kepalanya menggeleng kecil.

"Nggak usah ke atas. Di sini aja mainnya. Aku pengen ikut main."

"Kamu 'kan capek habis dari pasar. Mana sendirian aja lagi." Revandra mengusap surai panjang Alydra.

Alydra tersenyum tipis. "Capeknya langsung ilang pas liat anak sama suami. Lagian tadi itu aku sendiri yang minta buat nggak ditemenin ke pasar."

"Iya udah, ayok."

"Ayok!"

᭡᭡᭡

Hari ini adalah hari Minggu. Hari dimana, Revandra bisa menikmati waktu bersama keluarga kecilnya dengan full-time dan tanpa gangguan dari apapun dan siapapun.

"Siap jalan-jalan, Sayang?" tanya Revandra.

Istri dan anaknya—Gea mengangguk antusias.

"Let's go!"

Arsa yang berada digendongan Alydra tiba-tiba menangis. "Kenapa?"

"Mau cucu, A'." Revandra mengangguk kecil.

"Aku duduk di bawah, ya?" Revandra kembali mengangguk.

"Gas, Sayang?"

"Gas, Papa!"

᭡᭡᭡

"Awas jatuh, Gea!"

"Ndak, Bunda. Gea ndak akan jatuh kok. Dedeknya uga ndak akan jatuh."

Alydra terkekeh pelan. Matanya berkaca-kaca. Ia masih tidak menyangka, bahwa ia benar-benar menjadi seorang istri dan Ibu diumur yang begitu muda. Tentunya hanya dengan kesiapan yang begitu dadakan.

"Kamu kenapa?"

Buru-buru Alydra menghapus air matanya yang sempat jatuh. "Aku senang, A'. Bisa hidup bahagia bareng suami dan anak-anakku."

Revandra & Alydra Where stories live. Discover now