2. Bertemu Papa

5.8K 498 7
                                    

"Pak Udi kenapa?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Pak Udi kenapa?"

Udi si penjaga pagar sontak berdiri saat melihat majikannya, "tidak Tuan. Saya hanya tersedak kopi."

Ariel mengangguk kecil, di kedua sisinya anak laki-laki dan perempuannya dengan patuh mengikuti. "Papa mau ambil mobil dulu," ujar Ariel pada keduanya.

Di luar pagar, Oba menatap kosong ke halaman rumah besar yang ditumbuhi beberapa tanaman. Kenapa tidak ada yang datang, suaranya kecil kah?

"Papa, Assalamualaikum Papa."

Pak Udi menggaruk kepalanya, dia kali ini kembali mendengar suara itu yang lebih kecil volumenya. Dia menatap kedua majikan kecilnya, "Tuan kecil dan Nona kecil dengar tidak suara itu?"

"Dengar." Keduanya kompak menjawab.

Riama yang berusia empat tahun memangku tangannya melirik kearah pagar rumah yang jauh karena berada di sebelah kanan.

Melihat mobil tuannya sudah keluar garasi, pak Udi segera berlari duluan untuk membuka pagar.

Oba menyugar rambutnya lalu kembali berkacak pinggang, dari atas matahari semakin panas menyengat. Matanya menyipit ketika seorang laki-laki paruh baya dengan kumis berlari mendekat ke pagar, tidak lama sebuah mobil hitam juga mulai mendekat. Dimanakah papanya, yang tengah berlari atau di dalam mobil?

Pagar hitam tinggi akhirnya dibuka, pak Udi menatap heran pada sosok kecil Oba yang berdiri menatap pagar yang bergeser terbuka.

"Nak! Apa kamu tersesat?" Tanya pak Udi. Dia melihat kiri kanan, namun tidak ada siapapun. Ini adalah perumahan elit, setahunya tidak ada anak-anak dari daerah sini yang bersekolah di sekolah negeri seperti Oba yang memakai baju putih merah.

Jendela mobil sebelah kanan terbuka, memperlihatkan wajah tampan persis seperti yang Dian tunjukkan pada Oba di angkot tadi. Mata bulat Oba semakin membulat. Dia akhirnya bertemu papanya-sang ayah yang menjadi alasannya lahir ke dunia.

"Papa," teriak Oba tanpa malu-malu.

Empat manusia lain yang mendengar itu sontak membuka mulut mereka ternganga.

Jendela mobil belakang juga terbuka, kepala Nawfal langsung mencuat dari dalam. "Siapa yang kamu panggil Papa?" Tanyanya tidak terima.

Oba menunjukkan giginya lalu berlari mendekat ke hadapan Ariel. "Papa," teriaknya lagi.

Otak pintar Ariel langsung terhubung dari ulu ke hilir, timur ke barat, dan selatan ke utara. Anak laki-laki ini mirip dengan saat dia masih kecil, apalagi rambut coklatnya yang persis sama dengannya. Rambut coklat khas yang hanya dimiliki oleh setiap laki-laki dalam keluarga Nazhief. Ini anaknya Dian kan! Tapi bukankah wanita itu mengatakan dia akan menggugurkan bayinya.

Alis tebal Ariel terajut, "Dimana ibumu?"

"Ibu tadi pagi mengantar ke sini, mengatakan membuang ku ke rumah Papa. Nama ibu adalah Dian, kata ibu jika Papa tidak percaya, Papa boleh tes ke dokter langsung."

OBAWhere stories live. Discover now