4. Alergi

5.3K 461 8
                                    

Ariel dikejutkan kenyataan jika Oba mengidap alergi kacang dan juga seafood, otaknya memanas mengingat anak itu makan dengan tenang di depan mukanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ariel dikejutkan kenyataan jika Oba mengidap alergi kacang dan juga seafood, otaknya memanas mengingat anak itu makan dengan tenang di depan mukanya.

Saat Oba dibawa ke mobil dalam keadaaan pingsan, anak itu bangun dan muntah-muntah dan harus masuk ke ICU.

"Alhamdulillah anak bapak sudah kembali stabil, jika nanti akan timbul beberapa bintik merah di tubuhnya. Bapak jangan khawatir, itu reaksi normal dari tubuh seorang yang alergi."

"Baik, terima kasih Dokter."

Dokter wanita berjilbab itu mengangguk, "sama-sama. Lain kali mohon perhatikan makanan-makanan yang dimakan oleh anak bapak, jangan sampai kembali mengonsumsi kacang dan juga udang."

"Baik Dokter."

"Perawat kami akan memindahkan pasien ke kamar rawat, jadi bapak bisa menjenguk ke sana."

Setelah ditempatkan ke kamar rawat, Ariel duduk diam sendirian memperhatikan Oba yang tertidur dengan selang oksigen berada di hidungnya. Bibir anak itu juga pucat. Melihatnya terbaring lemah seperti ini, Oba terlihat lebih kecil di matanya.

Ariel termenung, ini semua karena Dian. Bagaimana bisa wanita itu tanpa rasa bersalah melakukan semua ini, setelah berbohong dan membuatnya menderita dia juga mau membuat anaknya sendiri menderita. Anak yang sudah dirawatnya selama ini dengan mudah dia buang ke rumahnya, tidak peduli resiko apa yang harus ditanggung anaknya jika dirinya orang yang kejam.

Urat di dahinya menegang saat mengingat Dian, memperlihatkan betapa Ariel membenci wanita itu.

Keesokan harinya, Oba membuka matanya dengan malas. Seluruh perasaan panas dan gatal di badannya  masih sedikit terasa, matanya membulat menatap tangan kecilnya tertancap jarum dengan selang panjang yang berisi tabung air. Infus.

"Benda apa ini!" Oba menatap ngeri tangan kirinya, ada denyutan nyeri yang membuatnya meringis kecil.

Ujung matanya sedikit merah, merasa sangat teraniaya. Apakah dia dibuang ke ruangan putih ini karena dia lemah. Padahal dia juga tidak ingin kehilangan kesadaran karena sakit. Biasanya saat dirinya makan kacang akibatnya hanya gatal-gatal saja, kenapa sekarang sampai sesak napas dan pingsan.

Oba menggaruk kepalanya, dia berusaha untuk duduk walaupun badannya cukup lemah. "Apa karena aku makan kacang dan udang bareng-bareng ya! Makanya aku sampe pingsan. Ck." Dia memukul-mukul kepalanya. Tubuh yang aneh, makanan enak kok nolak.

"Kamu sudah bangun?"

Suara dingin datang dari atas kepalanya, Oba mendongak dan menatap ngeri pada wajah datar Ariel. "Papa," teriaknya.

Ariel menghela napas, "jangan berteriak."

Oba nyengir.

"Bagaimana kondisimu! Apa kamu merasakan sakit di badanmu?" Tanya Ariel.

OBAWhere stories live. Discover now