6. Oba Menangis

5K 435 9
                                    

Sabar kakak-kakaknya Oba.
Apa kata dunia? Sudah gila. #CopasbangHirotada

°°°°

     Semua keluarga yang diundang telah datang, banyak cemilan juga sudah disiapkan di meja yang dikelilingi oleh para tetua yang duduk di sofa mahal yang berukir. Sedangkan para anak-anak di sofa berbentuk L yang menghadap ke TV langsung.

Oba duduk di ujung sofa, tepat di sebelah Nawfal. Malam ini dia benar-benar menjadi anak yang patuh dan pendiam, lagipula banyak orang yang tidak dikenalnya dan tidak bisa melakukan hal sesukanya.

"Dia itu saudara kalian juga! Kok baru keliatan?" Tanya Raden, anak laki-laki berusia 9 tahun.

Nawfal dan Riama diam.

Dua remaja laki-laki yang ikut hadir dalam undangan Ariel, duduk dengan malas menonton TV. Karena orang tua mereka tidak mengijinkan bepergian main, untuk menghindari mereka kabur maka para orang tua membawa keduanya untuk ikut. Wajah mereka masam sepanjang jalan.

"Namaku Oba," seru Oba menanggapi Raden yang menyebutnya dia.

"Oh." Si rambut ikal menanggapi.

Total ada tujuh orang anak-anak yang berkumpul, tapi hanya tiga orang yang tidak bisa diam. Suara obrolan mereka juga agak keras, kadang mengejek Oba yang tiba-tiba datang menjadi bagian keluarga mereka. Mereka adalah Raden, Bian, dan sean yang diketuai oleh Raden karena umurnya lebih tua.

"Dia itu anak gembel kali ya, masa tante Syarin tiba-tiba punya anak lagi."

"Hem. Mungkin sekali. Lihat kulitnya gelap persis seperti anak gembel yang suka minta-minta di jalanan."

"Tapi dia keren juga pake baju mewah itu."

"Keren apaan, palingan itu bajunya Nawfal."

Ketiga anak laki-laki itu terus mengobrol sendiri, membicarakan orang lain tanpa peduli ada si empu yang dibicarakan di hadapan mereka.

Nawfal menatap geram ketiganya, dia saja yang tidak suka kehadiran Oba, tidak pernah mencaci maki seperti itu. "Kalian bisa tutup mulut tidak!"

Ketiganya kompak menjulurkan lidahnya, mengejek Nawfal. Mereka sangat tidak suka Nawfal yang sok dewasa dan pintar, sering dipuji. Bagi mereka Nawfal itu sok.

Pembicaraan para orang tua sudah selesai, Ariel juga menjelaskan dengan cukup jelas. Sebelum menikahi Syarin yang masih gadis dulu, Ariel sudah mengaku jika telah berbuat dosa dengan mantan kekasihnya, Syarin dan keluarga Syarin mau menerimanya. Saat ini, dosa yang telah dia lakukan menjadikan seorang anak hidup di dunia ini tanpa dosa.

Melihat rasa bersalah Ariel dan niat baiknya sudah mengaku. Para orang tua diam-diam menghela napas.

"Anak ini." Nazhief berdecak tak suka. Anak sulungnya yang paling membanggakan tapi juga memalukan.  Dia lalu menepuk paha Wino yang duduk di sebelahnya, membuat Wino meliriknya dalam diam. Apa lagi yang mau dikatakan, menambah satu anak lagi tidak akan membuat keluarga mereka kelimpungan. Apalagi anaknya sendiri sudah menerima hal ini.

"Oba! Sini, ayo kenalan sama kakek nenek."

Oba sontak berdiri saat Ariel memanggilnya, melihat senyum sang papa dia berjalan selangkah demi selangkah mendekat.

"Papa."

Ariel tersenyum menyemangati, "sini. Ayo salam sama orang tua papa dan mama, kenalin nama kamu juga ya."

Oba mengangguk dan menatap empat orang tua yang duduk di sofa dihadapan Ariel, dengan langkah kecil dia mendekat pada Mira—ibu Ariel.

"Kamu tampan nak, semoga kamu tidak seperti papamu. Panggil Nenek," pinta Mira pada Oba.

OBAजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें