16. Makan Siang Rahasia

1.2K 205 11
                                    

      Di rumah, Riama sangat senang karena Oba membawakan makanan-makanan kesukaannya, matanya yang bulat berkedip penuh binar dengan air liur sedikit menggantung di bibir.

"Wah, ayo makan, ayo makan Kak." Dia hampir melompat-lompat kegirangan dengan tubuh gempal-nya.

Oba meringis saat lengannya digelayuti Riama. Di umur Riama yang kesepuluh tahun sekarang, dia sudah tidak sanggup menggendong adik bontotnya ini. Kekuatannya tak kuasa menahan beban tubuh Riama yang kecil tapi berisi. Nawfal sih masih kuat mengangkat Riama di punggungnya.

Dia mengangkat jari telunjuknya ke depan bibir, "syut. Kamu jangan teriak, kalau kedengaran Mama kan gawat. Nanti kita nggak dibolehin makan ini semua."

Mata Riama langsung melotot, dia mengangguk kaku sambil menutup mulutnya. "Iya Kak. Maaf."

"Kamu diam-diam ambil 2 piring dan 2 sendok dari dapur. Kakak tunggu kamu di kamar, oke."

Keduanya sepakat dengan cepat, melihat Riama dengan kaki kecilnya pergi ke dapur. Oba juga langsung berlari ke atas melewati undakan tangga dengan kaki lincahnya. Sampai di kamar, dia masuk ke kamar mandi untuk mengganti baju.

Beberapa kantong makanan tergeletak di meja belajarnya. Ada dua gelas es boba juga, si minuman yang lagi tren sekarang.

Riama melangkah dengan hati-hati dengan kedua tangan membawa barang sesuai yang dikatakan Oba. Dia mendorong pintu kamar Oba yang tidak tertutup sepenuhnya. Tidak menyadari sosok Nawfal yang mengintip dari pintu kamar sebelah.

Nawfal menggosok dagunya yang belum ditumbuhi janggut, "mereka berdua pasti ada sesuatu." Dia lalu menutup pintu kamarnya dan duduk di depan meja belajar. Dari pada rasa penasarannya, dia harus belajar dulu untuk menyelesaikan beberapa tugasnya sebelum ia bisa bergabung dengan dua saudaranya. Biasanya kalau tidak sekarang mengerjakan tugasnya, nanti ia pasti malas untuk menyelesaikannya. Bisa-bisa besok ia harus dihukum, kan malu sama ....

Di sisi lain, Oba mengeluarkan meja belajar lipatnya yang lama tak terpakai. Menaruhnya di lantai, tepatnya ujung kasur. Karpet biru tebal di kamarnya menjadi alas mereka duduk.

Riama membantu menaruh piring ke atas meja yang ternyata pas-pasan sekali. Sedangkan Oba pergi mengambil kantong-kantong makanannya.

"Ini gado-gado kesukaan kamu, ada juga rujak buah."

Senyum Riama makin lebar melihat makanan kesukaannya di depan mata, jarang-jarang dia bisa makan makanan seperti ini. Biasanya Mama banyak protesnya kalau dia lagi kepingin makan setiap hari si gado-gado. Padahal kan! makanannya sehat, banyak sayurnya.

Oba mengeluarkan beberapa gorengan yang dibelinya, ada juga cilok daging ayam tanpa saus kacang dan kue-kue manis aneka bentuk. Dalam satu piring Oba, sekarang tersaji beberapa aneka makanan yang saling bersisian.

Di piring Riama hanya ada gado-gado yang sudah setengah dilahapnya. Sedangkan rujak buahnya ada di dalam mangkuk plastik dari penjual.

"Hati-hati Dek! Awas tersedak, makannya pelan-pelan aja. Sabar."

Oba menggeleng melihat Riama yang seperti 1 minggu tidak makan, lahap sekali. Dia menusuk kemasan es boba dengan sedotan besar lalu menyerahkannya pada Riama. "Ini minum dulu, enak, masih dingin."

Karena tidak bisa berbicara lagi dengan mulut penuh, gadis kecil itu hanya mengangguk-angguk sambil meminum es boba.

"Gado-gado kamu enak banget kayaknya! Kakak minta yah!"

Oba meneguk ludah pada campuran lontong dan sayur-sayuran dengan saus kacang yang cukup kental.

Riama menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Buru-buru menelan makanan di mulutnya. "Tidak-tidak. Kakak tidak bisa makan kacang, ini gado-gado ada kacangnya. Kakak makan makanan di piring Kakak aja, ya."

OBAWhere stories live. Discover now