8. Preman atau Maling

2.8K 347 16
                                    

Nanti saya pasang Alarm biar up setiap hari.

°°°

     Sekitar jam 8 malam lewat, setelah makan malam. Oba dengan susah payah memakai celana jins lamanya yang bewarna hitam dengan beberapa sobekan. Ketika hendak menyesuaikan pakaiannya, dia juga ingin memakai baju bewarna hitam. Tapi di lemarinya banyak baju dengan berbagai warna kecuali hitam.

"Kenapa sih Mama nggak belikan aku baju warna hitam! Masa nggak ada satupun baju hitam sih."

Dia mengomel sambil mengacak-acak gantungan bajunya. Sesuai janji papanya, malam ini anak sahabat papanya akan datang bersama ketua gengnya ke rumah ini. Karena tidak bisa membuat geng sendiri, jadi tidak apa-apa untuk ikut ke geng kakak kelasnya. Bahkan ini lebih bagus karena geng anak sahabat papanya ini sudah berdiri lama.

Dia buru-buru keluar dengan hanya memakai kaos putih dan celana jins. Mencari peruntungan di lemari Nawfal, barangkali adiknya itu memiliki baju hitam.

Di sebuah kafe out door, sekelompok anak muda duduk saling mengobrol. Tiga darinya sibuk bermain dengan sepuluh jari mereka, siapa kalah dengan hukuman cubitan maut. Tiga lainnya lagi berkumpul untuk bermain game online dengan ponsel mereka. Sedangkan tiga lainnya tengah mengobrol santai, satu pentolan geng, satu wakil geng, satunya bendahara geng.

Suara gedoran pintu tiba-tiba terdengar nyaring.

Tut

Gadri berdiri sambil mengeluarkan ponselnya yang berada di kantong celananya, dia melangkah menjauh.

"Assalamualaikum. Apa Pa?"

Matanya menatap kosong ke langit berbintang mendengarkan ucapan papanya di seberang telepon. Alisnya yang lurus berkerut sekilas. Dia menghela napas kembali menyimpan ponselnya dan duduk di kursinya lagi.

"Kenapa?"

Gadri menghiraukan pertanyaan Loni, menatap ke Rasen sang ketua geng Perfek.

"Tadi Papa telfon, katanya ada sahabatnya yang minta untuk kita datang ke rumahnya. Sepertinya menyangkut anaknya yang bersekolah di sekolah kita."

Rasen mengetuk jarinya ke meja besi bulat, duduk dengan gaya malas yang satu kaki berada di atas paha. Kepalanya mengangguk. Jadi tanpa mengajak siapapun, Gadri dan Rasen berangkat dengan mengendarai mobil yang disupiri oleh Bang Ikal—laki-laki pengangguran yang menjadi anggota geng Perfek karena maksa, apalagi dengan statusnya yang bukan anak sekolah. Karena itu beberapa urusan hanya bang Ikal yang bisa melakukannya, contohnya seperti mengendarai mobil mereka yang keren, cukup untuk 6 orang duduk karena sisanya anggota lain menggunakan motor.

"Kemana kita Boss?" Tanya Bang Ikal dengan senyum kotaknya, tidak mirip dengan sosok idol Korea.

Gadri memberitahukan alamat rumah sahabat papanya pada bang Ikal.

Ketika sampai di rumah Ariel, bang Ikal tidak ikut masuk karena ada hal lain yang harus dilakukannya dengan membawa mobil.

"Assalamualaikum Om," sapa Gadri pada Ariel yang membuka pintu.

"Wa'alaikummusalam. Terima kasih karena kalian mau datang, mari masuk."

Rasen mengangguk datar, melangkah masuk bersama Gadri yang tersenyum ramah.

Ariel membuka mulut hendak memanggil Oba, tapi dengan kehadiran anak sahabatnya dia mengurungkannya. "Mbak tolong panggil Kakak."

"Baik Tuan." Salah satu maid yang baru meletakkan minuman segera beranjak pergi ke lantai dua.

Dia mengetuk pintu kamar Oba dengan pelan sambil berkata, "Kak! Papa suruh ke bawah sekarang."

Pintu kamar terbuka. Maid itu terpana melihat sosok Oba yang mengenakan celana jins sobek, kaos hitam, jaket hitam dan rambut tengahnya yang berdiri.

OBAWhere stories live. Discover now