6

2.4K 391 12
                                    


Gemericik suara hujan menggelitik telinga Sri dengan lembut. Ketika udara dingin mulai menyusup ke balik selimutnya, ia tersadar. Ia membuka matanya dengan susah payah. Tubuhnya masih ingin terlelap karena berbagai alasan. Pertama, ia ingin melanjutkan mimpinya yang terasa belum usai. Kedua, suara gerimis adalah suara yang paling ia sukai untuk tidur panjang. Ia memang tipe orang yang lebih menyukai musim hujan daripada musim panas, malam hari daripada siang terik.

Ia menarik selimut yang berada di pinggangnya hingga ke dagu, kemudian menyadari bahwa entah mengapa ia tidur hanya mengenakan pakaian dalam—sebuah bra warna hitam dan celana dalam putih polos. Biasanya ia tidur dengan mengenakan daster kumal kesayangannya atau salah satu kaos longgar yang pernah dibelinya di Jogja. Seingatnya, ia juga tidak pernah mengenakan selimut. Betul, sejak kapan ia tidur sambil berselimut?

Matanya tiba-tiba saja terbuka lebar, kemudian dengan keadaan setengah sadar ia memeriksa kain yang menyelimuti tubuhnya. Ternyata ini bukan selimut, ini cuma kain batik yang sudah lama ada di lemari pakaiannya. Ia ingat, suaminya tidak suka melihat orang yang menjadikan kain batik sebagai selimut. Seperti mayat, katanya.

Ia tidak ingat mengapa ia tidur dalam keadaan seperti itu.

Ia menghela napas berat. Selama beberapa saat tadi, ia sempat membayangkan dirinya terbangun di sebuah kamar mewah sambil berselimut tebal di atas spring bed besar, kemudian sebuah nampan berisi sarapan tersedia di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Sarapan itu bukan terdiri dari nasi uduk atau bubur ayam, melainkan roti sandwhich dan teh asli dari Inggris.

Tentu saja, semua itu tidak nyata. Ia masih terbangun di dalam kamarnya yang sumpek dan sudah lama tidak dicat. Ranjangnya adalah ranjang tua yang sudah ada sejak sebelum rumah kontrakan ini ia tinggali. Ranjang itu sering kali berderit pada salah satu ujungnya hingga membuat ia takut suatu saat ranjang itu akan rubuh saat ia sedang berada di atasnya. Meski begitu, tampaknya ranjang itu terbuat dari kayu tua yang kuat.

Di sampingnya juga tidak ada meja kecil berisi sarapan dan lampu meja. Hanya ada sebuah lemari pakaian yang mungkin sama tuanya dengan tempat tidurnya. Pada pintu lemari itu ada sebuah cermin yang ditempelkan, di sekelilinnya banyak bekas stiker yang tak bisa hilang saat disobek. Ada stiker logo SMA, logo klub bola, dan beberapa stiker antik berisi "kata-kata mutiara". Lemari itu milik Aji. Ia membawanya menggunakan mobil truk saat mereka baru pindah ke rumah ini.

Aji? Ke mana suaminya itu pergi?

Di sebelahnya tidak ada siapa-siapa. Terkadang Aji memang bangun lebih dulu darinya, entah untuk berolahraga ringan di teras rumah (saat ia belum depresi) atau melamun memandangi langit (setelah ia depresi). Ia mengecek jam dinding hadiah dari kopi instan yang tergantung di sebelah lemari. Pukul empat dini hari. Masih belum Shubuh. Ia biasa bangun sepagi ini meskipun pada hari libur, tapi pagi ini rasanya ia masih sangat mengantuk. Mungkinkah ini semata-mata karena gerimis yang meninabobokan di luar sana? Kemudian ia ingat pada mimpinya semalam. Benar-benar mimpi paling aneh yang pernah ia alami.

Aji suaminya telah berubah seratus delapan puluh derajat. Ia menjadi lebih romantis dan lebih lembut. Ia menyiapkan candle light dinner romantis untuk dirinya, mengajarinya makan steak dan minum anggur, bahkan memberikannya kalung yang sudah lama ia inginkan sebagai hadiah ulang tahun pernikahan.

Sri terkekeh geli. Aku harus berhenti nonton sinetron. Benar kata orang-orang, terlalu banyak menonton sinetron dan FTV bisa membuat khayalan kita mengawang-awang. Ia bangkit duduk di atas tempat tidur sambil menjaga agar kain di tubuhnya itu tidak melorot. Meski tak ada orang lain di dalam kamarnya, ia masih merasa malu saat melihat tubuhnya sendiri di cermin yang menempel pada pintu lemari. Diikatkannya kain itu menjadi sebuah kemben, kemudian ia mengambil ikat rambut yang selalu ia gelangkan di pergelangan tangan kirinya. Saat mengikat rambutnya itu, ia menyadari sesuatu yang seharusnya sudah ia sadari sejak tadi, kalau saja ia tidak dalam keadaan mengantuk.

Pertanyaan Paling AnehWhere stories live. Discover now