Prakata

6.5K 468 31
                                    

Tulisan ini dibuat setelah pengumuman pemenang The Wattys 2022. Jika ingin langsung membaca cerita, silakan skip ke bab berikutnya.

====

Pada tahun 2016, saya pernah kost di daerah Jakarta Barat. Beberapa meter dari tempat kost saya, pernah terjadi sebuah peristiwa yang memilukan. Seorang ibu membunuh dan memutilasi bayinya sendiri saat suaminya sedang tak ada di rumah. Saat ditemukan warga, sang ibu sedang dalam keadaan terdiam mematung, sementara potongan tubuh bayinya tergeletak begitu saja di atas meja. Banyak yang menduga bahwa ibu tersebut mengalami baby blues, guncangan mental yang dapat dialami orangtua yang baru saja memiliki anak.

Kejadian itu membuat saya merasa sesak. Kebetulan, saat itu istri saya juga baru melahirkan. Saya tinggal terpisah dari istri dan bayi saya karena harus bekerja di luar kota. Selain itu, kejadian yang terdengar seperti adegan dalam film horor itu terjadi sangat dekat dengan tempat saya beraktivitas sehari-hari.

Terkadang, realita memang lebih menakutkan daripada fiksi. Jika demikian, lantas apakah masih ada alasan bagi kita untuk menulis cerita seram? Seseram apa pun ceritamu, sesadis apa pun tokoh antagonismu, akan selalu ada perisitiwa nyata yang lebih seram dan lebih sadis di suatu sudut di dunia ini.

Memang, tempat saya tinggal saat itu bukan tempat yang sepi dari konflik. Beberapa kali di malam hari saya mendengar suara orang-orang yang berkelahi. Pada suatu malam, pintu kamar tetangga kost digedor-gedor orang yang menagih utang sambil memaki dan mengancam. Di malam yang lain, seorang perempuan berteriak-teriak marah karena masalah percintaan.

Di daerah itu, jarak antar-rumah memang berhimpitan. Rumah-rumah kecil yang ditinggali satu keluarga hidup berdesakan dengan pabrik-pabrik yang gersang. Selang beberapa meter, berdiri pula perumahan-perumahan mewah dengan jalanan yang bersih, taman yang rimbun, dan fasilitas premium.

Saya rasa, ketika surga dan neraka bertetangga, setan-setan akan bergentayangan di perbatasan.

Pertanyaan Paling Aneh ditulis dalam bayang-bayang perasaan semacam itu. Pada awalnya, cerita itu saya buat dalam format cerita pendek. Namun banyak pembaca yang berkomentar bahwa cerita tersebut terlalu pendek dan menggantung. Atas permintaan seorang editor dari sebuah penerbit, saya sempat mencoba menulis ulang Pertanyaan Paling Aneh menjadi naskah novel. Sayangnya, saya tidak berhasil menyelesaikan naskah itu tepat waktu sehingga saya pun membiarkannya terkubur di dalam kotak draft email.

Tahun ini, ketika membaca pengumuman tentang Wattys 2022, saya teringat lagi dengan kisah yang terkubur itu. Saya rasa, momennya sudah tepat. Saya tidak mengira cerita ini akan menjadi pemenang. Saya hanya ingin menyelesaikan naskah itu dengan menambahkan berbagai detail baru, serta tentu saja sebuah ending yang lebih memuaskan.

Mungkin, satu-satunya alasan kenapa kita terus menulis dan membaca kisah-kisah menyeramkan adalah karena kita ingin belajar bertahan hidup. Seperti virus yang dijinakkan dan menjadi vaksin, horor yang terkendali dan dikonsumsi atas kesadaran sendiri adalah alat manusia untuk menjadi lebih kuat. What doesn't kill you will make you stronger.

Selamat membaca.

Pertanyaan Paling AnehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang