4. Carnation

2K 112 4
                                    

Enjoy the music 👆 enjoy the story 👇

Hampir satu jam aku duduk di atas atap yang berdampingan dengan rooftop

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hampir satu jam aku duduk di atas atap yang berdampingan dengan rooftop. Memandang jauh ke lanskap kota yang indah. Menikmati semilir angin yang mengeringkan air mata.

Wajahku langsung bersih meskipun dadaku masih terasa berat untuk bernapas.

Aku merasa beruntung menjadi orang yang tau rahasia Aidan di surat kesebelasnya. Dia bilang, dia pernah depresi karena kakinya cidera dan tidak bisa berenang lagi padahal dia adalah kebanggaan guru sebagai perenang handal.

Setiap kali merasa tak berdaya, Aidan selalu menghabiskan waktu di atas rooftop untuk mengusir emosinya. Dia merasa menyatu dengan langit.

Aku memang tidak bisa bersatu dengan langit, tapi pemandangan ini cukup membuat mataku termanjakan. Bagi seorang pecinta kedamaian, tempat ini adalah surga.

"ANJING!" teriak seseorang dari arah pintu bersamaan dengan terlemparnya tumpukan kertas di atas lantai rooftop.

Aku terkesiap sampai nyaris terjatuh.

"BANGSAT!" si pengumpat muncul dari arah pintu. Cowok itu mengacak rambutnya. Berjalan ke arah tepian rooftop seperti orang kesetanan.

Aku bangkit untuk mengawasinya dengan jantung berdetak tak normal.

Potongan rambut itu ... tidak salah lagi, dia adalah Vicky.

"Lo nggak mau bunuh diri, kan?" tanyaku di tengah suara semilir angin.

Dia menoleh dengan ekspresi terkejut. Tak menyangka karena dia tidak sendirian di tempat ini. "Ngapain lo di sini?"

Aku mengerling. "Elo, ngapain di sini?" tanyaku balik.

Vicky mengalihkan pandangan. Tangannya yang semula berada di belakang kepala, kini mulai turun.

Aku agak lega dia tidak berniat untuk terjun ke bawah. Kami sedang berada di rooftop dengan ketinggian empat lantai. Tidak bisa dibayangkan seperti apa wujud manusia jatuh dari ketinggian ini.

Kertas yang Vicky hentakkan di atas lantai kini beterbangan. Aku memungutinya satu persatu, bahkan ada yang tersangkut di atas atap dan aku tetap mengambilnya meskipun harus meniti puncak atap yang curam.

"Gila lo?" tanya Vicky setelah aku berhasil mendapatkan kertas miliknya dan mendaratkan kaki di lantai rooftop.

"Kalau lo jatuh, gue yang disalahin, tau nggak?"

Aku memperlihatkan kertas yang kuambil. "Ini soal-soal geografi, Bu Jessy suruh kumpulin sejak kemarin, kenapa lo bawa ke sini?"

Vicky tidak menyahut. Dia justru membalikkan badannya untuk menghadap ke arah pemandangan kota.

Dasinya berkibar terkena angin, aku ingin sekali menariknya agar dia menghadap ke arahku dan memperingatkannya kalau berkas geografi ini sepenting dokumen negara bagi para siswa IPS.

EVIDEN (END)Where stories live. Discover now