Enjoy the music enjoy the story
Kecewa membuatku tak bisa tidur semalaman.
Oke, Aidan menyukai si pembalas surat, tapi bukan Abel si pembalas surat itu, melainkan aku.
Sialnya, dengan rasa kecewa sebesar itu aku masih punya semangat untuk membalas surat Aidan dan menyebutkan nama Abel lagi di sana. Menuliskan kata terima kasih dan ungkapan sebaliknya, bahwa aku juga menyukainya.
Surat itu kulipat dan kukirim ke kantor pos sebelum aku berangkat sekolah.
Di parkiran aku bertemu Abel. Aku mendekatinya dengan bibir setengah tersenyum.Aku ingin bercerita kepada Abel tentang kesalahpahaman Aidan dan apa yang seharusnya aku lakukan.
"Hay, pacarnya Vicky!" sapa Abel sambil memperbaiki ikat rambutnya yang kurang ketat.
Aku mendengus sebal. Menatap ekspresi mengejek di wajah Abel yang sama sekali tak peduli perkataannya barusan membuatku badmood dan membuatku malas menceritakan tentang surat-surat Aidan
"Lo masih pacarnya Desta?" tanyaku kepada Abel.
Abel mengerutkan kening. "Gue udah putus, udah lama, Ra. Elo sih, sekarang jarang banget ke rumah gue. Nggak tau gue nangis seharian di kamar mandi pas putus sama Desta."
Aku memperhatikan rautnya yang berubah suram. "Jadi, lo jomlo dong?"
"Ih, lo ngatain gue jomlo mentang-mentang lo udah punya pacar?"
Pacar apaan? Pacar fiksi? Gue emang punya banyak.
Aku merotasikan bola mata.
"Kenapa lo putus sama Desta?"
Kami berjalan melewai koridor.
"Karena kami sama-sama sibuk dan nggak punya waktu banyak kayak dulu lagi. Dia sekarang jadi presiden siswa di NHS dan gue jadi ketua cheers."
Aku menatap takjub. Desta memang sosok laki-laki ideal yang sejak dulu membuatku mengidolakannya.
Aku bahkan tidak menyangka cowok seperti Desta akan berpacaran dengan si cengeng Abel ini.
"Nanti main ke rumah gue, Ra. Cerita-cerita tentang lo dan Vicky."
"Gue didjodohin, Bel," kataku terus terang agar Abel tidak mengejekku dengan Vicky lagi.
Abel menurunkan isntensitas senyumnya. Langkahnya memelan. "Lo apa?"
"Gue dijodohin sama cowok random rekan kerja Papa yang namanya Rendra."
Abel menutup mulutnya karena syok. Hingga lima detik dia tidak bicara apa-apa.
"Bel, biasa aja kali," tegurku.
"Selama ini gue kira lo sama Vicky."
Aku menggeleng tenang. "Vicky dan gue cuma teman belajar. Jangan tambah beban gue pake ejek-ejek gue pacarnya Vicky segala, ada masalah lebih besar yang harus gue hadapin selain ejekan lo itu."
أنت تقرأ
EVIDEN (END)
قصص المراهقينWajib Follow sebelum membaca! TRIPTHA SERIES 1 : EVIDEN Memandang Semesta Dari Mata Yang Terluka Semesta itu indah jika dilihat dari mata orang-orang yang bahagia, tapi bagaimana jika keindahan semesta dilihat dari mata yang terluka? Hidup Samara ny...