23. Melati

670 58 2
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Abel keluar dari kamarku beberapa saat yang lalu. Aku termenung, menatap ke arah gelapnya malam. Mendung menutupi sebagaian besar bintang.

Surat baru dari Aidan tidak membangkitkan semangatku lagi semenjak dia mengungkapkan perasaannya untuk Abel.

Surat itu terlipat rapi, tulisannya indah. Font yang ia gunakan tidak ada di komputer manapun.

Untuk Abel,

Keindahan Alam yang kita lihat dari rooftop masing-masing terdengar berbeda. Kamu menuliskan lanskap kota, tapi di sini yang kulihat adalah perbukitan dan danau yang indah. Terkadang memang terasa membosankan dan aku memilih untuk menulis di jembatan sambil memandang sungai Colorado, tapi rooftop tetap tak terlupakan.

Kamu butuh seseorang yang nyata untuk mendengarkan keluh kesahmu, jika menulis dan rooftop tidak bisa lagi menenangkan emosimu.

Aku tau kau menganggapku tak nyata, kan? Kita belum pernah bertemu selama bertahun-tahun. Terkadang aku merasa perlu untuk mencarimu di media sosial, tapi aku tidak pernah melakukannya. Aku bisa merasakanmu lewat balasan suratmu. Tanpa melihat wajahmu, aku jatuh cinta padamu.

Aku tau kau cantik seperti tulisan dan diksi yang kau tulis, kau pintar, dan kau kuat, Gadis Pembalas Surat.

Aidan N.E

P.S: Orang tuaku akan ke Indonesia beberapa minggu lagi. Aku memaksa untuk ikut, tapi mereka bilang mereka hanya sebentar di sana. Jangan bilang kepada siapa-siapa, aku akan menyusup diam-diam ke bandara agar bisa melihat secara langsung wajah cantikmu. Doakan aku berhasil melakukan kejahatan kecil ini.

Aku menatap tak percaya. Ternyata Aidan tidak semembosankan yang kukira. Dia asyik juga dan agak gila. Menyusup diam-diam ke bandara?

Itu ide yang buruk. Aku akan melarangnya di balasan suratku kali ini. Dia akan dapat hukuman jika kedua orang tuanya tau dia diam-diam ikut ke Indonesia.

Senyumku memudar. Begitu besarnya rasa penasaran yang Aidan miliki untuk melihatku secara langsung. Dia pikir aku cantik dan menarik, padahal sebaliknya, tapi tidak masalah, orang yang akan Aidan lihat sebagai pembalas suratnya adalah Abel, bukan aku. Abel cantik dan Aidan pasti tertarik.

Sudut mataku menemukan Bunda yang sedang berjalan masuk ke dalam kamar. Aku buru-buru memasukkan surat Aidan ke dalam laci. Beruntung, Bunda tak curiga sama sekali.

Bunda duduk di sampingku.

"Bunda dari rumah sakit. Jenguk Indah."

EVIDEN (END)Where stories live. Discover now