10. Daisy

1K 80 3
                                    

Pencet vote dulu, yuk!

"Anak-anak, berikut adalah nilai yang kalian peroleh di ulangan yang baru saja kalian kerjakan," jelas Pak Tio sambil mengelus purat bulatnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Anak-anak, berikut adalah nilai yang kalian peroleh di ulangan yang baru saja kalian kerjakan," jelas Pak Tio sambil mengelus purat bulatnya.

Tangannya menunjuk layar proyektor yang memperlihatkan nilai-nilai para siswa.

Nama pertama yang kucari bukan namaku, tapi nama Vicky. Nilainya tidak ada di urutan paling bawah lagi, dia berhasil menjangkau kkm.

Itu membuat Vicky jadi sorotan perhatian ketika kami keluar lab lima menit kemudian.

Untuk pertama kalinya lesung di pipi Vicky terlihat begitu dalam. Dia tersenyum hingga giginya terlihat.

Aku merasa seperti berdiri dengan orang asing alih-alih bersama Vicky.

"Selamat!" kataku membuat senyum Vicky semakin lebar.

Hingga sisa pelajaran siang itu, kebahagiaan di wajah Vicky tidak pernah redup.

Untuk pertama kalinya rooftop kosong. Vicky tidak datang ke sana selama dia merasa nyaman dan bahagia, aku merasakan hal yang sama melihat pancaran suka cita di wajahnya.

🍁

Aku baru saja keluar dari markas para anggotan cheers untuk menyerahkan bekal titipan Bunda kepada Abel.

Kami tidak sempat bicara. Abel sibuk berlatih di tengah ruangan.

Aku meletakkan bekal itu di atas tasnya sambil memberinya senyum dan lambaian tangan. Dia berteriak terima kasih.

Sosok Rendra menungguku di parkiran. Matanya yang tertutup kacamata hitam mengedarkan pandangan, aku buru-buru bersembunyi di belakang lima siswi yang sedang berbincang.

Kakiku melangkah hati-hati ke balik pilar.

Rendra masih mencari-cari keberadaanku dengan mata elangnya. Aku berusaha menghela napas lega, tapi gagal saat menyadari Vicky berdiri di hadapanku.

Vicky menautkan alis. "Kenapa lo?"

Aku berdiri tegak. Berusaha terlihat baik-baik saja. "Nggak papa."

Vicky melongok ke balik pilar. Dia mengangguk tak kentara.

Entah apa yang membuatnya memahami keadaan.

"Lewat sini." Vicky mengedikkan dagunya ke arah lorong yang sepanjang jalan berisi kertas curhatan para siswa.

Pengalamanku lewat lorong ini ketika Laras membuang sepedaku ke bak sampah dan aku harus mengambilnya sendiri.

Aku heran kenapa Vicky mengajakku ke jalanan menuju tempat bak sampah berada.

Sudut parkiran terlihat di ujung sana. Vicky menoleh ke arahku. "Gue ambil motor dulu. Lo tunggu sini!"

Aku mengangguk ragu-ragu.

Vicky menghilang di belokan parkiran dan muncul tiga menit kemudian. Dia menghentikan motor dan memberiku sebuah helm.

EVIDEN (END)Where stories live. Discover now