Kenapa Bunda tidak secara langsung meminta nomor Alam dari mamanya Alam alih-alih membuatku pusing tujuh keliling untuk mencari cara bagaimana bisa dapat nomornya?
Bunda menjawab bahwa cinta butuh pengorbanan.
Bulshit. Cinta mana yang Bunda maksud pun aku tidak bisa menemukannya.
"Vicky!" untuk pertama kalinya setelah peristiwa di kantin IPA yang masih membekas di hati, aku menyapa Vicky lagi.
"Lo ingat orang yang pernah milih gue jadi ketua Osis? Orang itu ternyata Alam. Gue nggak nyangka," jelasku sambil mengimbangi langkahnya yang lumayan cepat.
"Bundanya Alam itu temenan sama bunda gue. Makanya kemarin dia bawain makanan favorit gue. Gue nggak nyangka, Ki. Awalnya gue kira dia pencuri, sumpah."
"Lo pasti tau kalau Alam punya warisan perusahaan dari ayahnya. Itu sebabnya lo dukung gue sama Alam kan?"
"Dia seru kok orangnya. Gue suka, maksudnya ... cara dia bicara."
Aku menatap serius ke dalam matanya yang sejak tadi hanya melirikku sekilas.
"Bunda kasih gue pilihan. Alam atau Rendra. Gue harus gimana?"
Vicky menghentikan jalannya secara mendadak. Aku tak sengaja menabrak bahunya.
Dia menatapku serius. "Tinggal milih, apa susahnya," sahutnya sarkas.
"Nggak bisa," sahutku ikut sarkas.
"Rendra pilihan papa. Kalau gue milih Alam, Papa akan bingung gimana cara nolak Rendra. Tapi gue juga nggak mau sama Rendra."
"Kalau gitu sama Alam," sahut Vicky begitu lugas.
"Gimana? Minta nomornya aja nggak berani."
Vicky melanjutkan langkahnya lagi.
Aku mengikutinya.
Kupikir Vicky akan memberiku saran dan bantuan, tapi dia hanya terdiam bahkan mengalihkan perhatiannya dariku.
"Lo nggak mau ke rooftop lagi kan?"
"Enggak," sahut Vicky. Membelok ke dalam kelas dengan hembusan napas misterius.
Aku menatap punggungnya yang semakin menjauh. Bagaimana aku bisa dapatkan nomor Alam tanpa bantuan Vicky?
"Samara!" seru sosok gadis tinggi bak model yang keluar dari kelas 12 IPS 6.
Abel membawa sepucuk surat yang sudah bisa kupastikan berasal dari Aidan.
YOU ARE READING
EVIDEN (END)
Teen FictionWajib Follow sebelum membaca! TRIPTHA SERIES 1 : EVIDEN Memandang Semesta Dari Mata Yang Terluka Semesta itu indah jika dilihat dari mata orang-orang yang bahagia, tapi bagaimana jika keindahan semesta dilihat dari mata yang terluka? Hidup Samara ny...