16 - curiga

8 0 0
                                    

Pukul 20.08 WIB.

Alwi sepertinya akan terlambat. Atau paling parah, ia berubah pikiran dan kembali pulang. Berharap pemuda itu masih berniat untuk menemuinya malam ini, Mita menaikkan batas toleransi. Ia kembali sibuk mengetik materi kuliah di tablet. Sepasang telinganya ia sempal earbud berperedam bising.

Mirna Resto 'n Cafe malam ini cukup ramai. Tempat nongkrong itu direkomendasikan oleh Putri dan mendapat approval dari Wiwid. Lokasinya bisa dibilang strategis, karena berada hampir di tengah-tengah antara tempat tinggal Wiwid dan kediaman Putri. Sangat cocok untuk temu janji dua sejoli, ketimbang bertemu di kampus yang nantinya malah membuat situasi kian heboh.

Hanya saja, Mirna Resto 'n Cafe adalah tempat yang biasanya diisi muda-mudi. Mayoritas pengunjungnya berusia SMA sampai mahasiswa. Oleh karena itu, Mita wajib membaur. Penampilannya harus menyesuaikan dengan orang yang akan ia temui. Putri mengingatkannya untuk tidak berdandan dewasa seperti akan berangkat kerja, serta tidak pula memakai outfit seperti hendak menghadiri pesta. Berdandanlah sekasual mungkin. Kalau perlu, ber-cosplay seperti mahasiswa fakir kuota yang nebeng Wi-Fi kafe untuk mengerjakan tugas.

Alhasil, Mita didandani oleh Putri. Wajahnya dirias natural ala-ala tutorial di YouTube. Kostumnya pun disediakan oleh sang tetangga. Mulai dari celana jin, sepatu kets putih, hingga sweter berwarna krem. Sebagai pelengkap kamuflase, ia juga dipinjami kacamata bening berbingkai kotak.

Puas dengan mahakaryanya, Putri menjepret Mita yang sudah di-makeover dari berbagai sudut. Foto-foto itu ia kirim ke Wiwid. Selain untuk pamer, Putri ingin Wiwid mengabari Alwi bahwa orang yang akan ia jumpai sedang dalam mode "menyamar".

Sayangnya, Wiwid lupa.

***

Asyik mengetik, ponsel di saku Mita bergetar halus. Ada sebuah pesan dari nomor baru. Begitu ia baca isinya, alisnya sontak meninggi. Segera ia tutup pesan tersebut lalu meletakkan ponsel tengkurap di atas meja. Dengan ragu-ragu dan sedikit berpoles cemas, ia melirik kiri dan kanan.

"Tidak ada yang patut dicurigai di sini. Apa mungkin di luar?" Mita bergumam.

Saat itulah, matanya menangkap sosok pemuda berkaus biru muncul di pintu masuk. Orang yang sudah lama ia tunggu akhirnya menampakkan diri. Seketika gurat gusar di wajahnya menghilang berganti senyum.

Namun, ada yang aneh. Alwi tidak langsung menghampiri dirinya. Pemuda itu justru masih berdiri di depan pintu masuk. Terlihat bingung.

Mita pun sadar. Ia tak memberi tahu lokasi persis di mana ia menunggu. Ia juga menyesal telah duduk di meja yang agak di dalam. Tapi, mau bagaimana lagi? Sewaktu ia tiba hingga sekarang, meja-meja di dekat pintu selalu penuh.

Alwi kemudian menyapu pandang seisi kafe. Mita tak buang kesempatan. Cepat-cepat ia mengangkat tangan supaya lebih mudah terlihat. Namun, sebelum arah pandang mereka bertemu, Alwi tiba-tiba menutup wajah dan berbalik. Mita seketika heran. Ditambah lagi, Alwi kemudian buru-buru keluar dari kafe.

Dari balik dinding kaca, Mita menyaksikan Alwi melarikan dirinya ke sebalik tanaman hias tak jauh dari pintu masuk. Pemuda itu lalu curi-curi pandang ke dalam kafe, menghela, merenung, lalu menjongkok.

Mita geregetan. Ia berencana hendak menyusul. Namun, barang-barangnya masih berserak di atas meja. Ada tablet, ada ponsel, ada tas. Rawan jika ditinggal. Hendak dikemasi dulu, bisa-bisa Alwi keburu minggat. Saat situasi makin genting, seorang pramusaji melintas. Segera ia tahan.

"Kak, di luar itu ada cowok pakai baju biru. Dia kayaknya bingung cari saya. Bisa minta bantu kasih tahu dia kalau saya ada di sini?"

Pramusaji itu, Farah, segera melirik ke arah yang ditunjuk. Dari jauh, ia melihat sosok Alwi muncul melewati pintu. Tak berapa lama, kembali ke luar.

VIA Bagian PertamaWhere stories live. Discover now