44. Rencana

38.7K 3.2K 4.7K
                                    

44

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

44. Rencana

Sejak kejadian itu, Darya sudah mengurung diri selama hampir tiga hari di daam kamar. Makan pun cuma satu kali dalam sehari dan itu sedikit. Fino yang melihat hal itu dibuat sedih.

"Dar, mau ke pantai nggak? Cuaca lagi bagus nih."

Fino mengetuk pintu kamar Darya, berharap perempuan itu memberikan jawaban.

"Cuacanya emang bagus, Fin, tapi enggak dengan gue."

Jawaban Darya barusan semakin membuat perasaan Fino sedih. Dia senang karena akhirnya Darya mau berbicara, tapi yang dia harapkan bukan jawaban seperti tadi.

"Gue boleh masuk?"

"Jangan. Gue lagi berantakan banget."

"Kayak sama siapa aja lo segala malu. Gue masuk ya?"

"Hm." Darya berdehem.

Fino membuka pintu kamar. Begitu terkejutnya dia mendapati kondisi kamar Darya sangat berantakan. Kamarnya saja seberantakan ini, apalagi pemiliknya.

Fino menghampiri Darya yang terduduk di atas lantai dekat pinggir kasur.

"Lo beneran udah kayak orang stres tau nggak," celetuk Fino.

"Emang."

"Lo nggak mau kasih tahu orang yang udah buat lo kayak gini? Cerita aja ke gue, gue pasti bakal cari orang itu."

"Elang," balas Darya.

"Ck, gue tahu pelakunya bukan Elang." Fino tak percaya.

"Tapi ini juga gara-gara dia, Fin. Harusnya dia tolongin gue malam itu! Sekarang gue benci banget sama diri gue sendiri!" Darya kembali menangis.

"Oke, lo tenang dulu jangan nangis, kasihan mata lo sampai bengkak gini." Fino berucap lembut. "Lo mau sesuatu?" tanyanya.

"Gue mau Elang."

"Selain itu Darya," balas Fino.

Darya menggeleng. "Gue cuma butuh Elang saat ini, Fin. Gue mau peluk Elang supaya gue ngerasa tenang."

"Itu semua nggak akan pernah terjadi lagi, Dar. Ingat, Elang udah nikah dan istrinya lagi hamil. Jangan sampai lo di cap sebagai perusak rumah tangga orang," peringat Fino.

"Cewek itu yang udah rebut Elang dari gue! Harusnya dia yang di cap sebagai  perusak hubungan!" teriak Darya.

"Wah kayaknya lo perlu ke psikolog nih." Fino menggelengkan kepalanya dengan sikap Darya.

"Lo aja sana yang pergi ke psikolog!" serunya.

Darya berdiri, membuat Fino bertanya-tanya akan ke mana dia pergi.

"Mau ke mana lo?"

"Kantor Elang."

"Lo pergi dengan kondisi kayak sekarang? Yang ada lo diusir karena mereka ngiranya Lo itu orang gila," ujar Fino.

Kak Elang: ELAZEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang