Satu

23.7K 2.2K 124
                                    

a.n
Haloo! Akhirnya part 1 dipublish. Kayak yang udah kubilang, bagian awal emang nggak beda-beda banget sama ABD yang sebelumnya. Jadi, mungkin kalian bakal ngerasa kayak baca ulang cerita ini, karena beberapa adegan lama emang kupake lagi.

Buat yang bingung kenapa tiba-tiba update tapi malah balik ke part 1, coba cek part sebelum ini! :-D

[]

Apa katanya? Aku telah pergi ke tempat yang salah??

"Ya enggak, lah!" bantahku tidak terima. Aku tidak mungkin sebodoh itu, kan? Tidak di hari pertamaku bekerja. Aku sudah mengingat semua yang perlu kuingat dan berusaha melakukan semuanya tepat waktu dan pokoknya, aku sudah sehati-hati mungkin! "Gue tahu sekolahnya yang mana. Gue enggak lupa nyokap gue bilang apa tadi pagi."

Rangga, lawan bicaraku, menyandarkan tubuhnya ke sisi meja kantin yang sedang aku dan tiga temanku tempati. "Kemungkinannya cuma itu. Apa lagi?" Dia menyilangkan tangannya di depan dada. "Emang nyokap lo bilang apa?" tanyanya. Barangkali, sekarang dia berpikir kebodohanku merupakan warisan genetis dari Mama.

"TK Raka ada di belakang sekolah gue."

Rangga mengerjap-ngerjap selama beberapa saat. Lima detik kemudian, dia tertawa miris.

Aku melemparkan pandangan bertanya kepada ketiga temanku. Mereka semua hanya menggeleng dan mengangkat bahu.

"Kenapa?" tanyaku sambil mendelik Rangga.

Rangga menatapku dengan tampang prihatin. Lalu, dia menegakkan badannya dan memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Mungkin sambil melakukan itu dia merasa sebagai cowok paling keren seantreo sekolah. Padahal, dia cuma cowok menyebalkan dari kelas sebelah yang hobi menendang-nendang bola di koridor dan bikin koridor gaduh.

"Mendingan, lo ikut gue," katanya.

[]

Aku, Rinai, telah melakukan kesalahan besar di hari pertamaku bekerja sebagai pengasuh anak.

Begini kronologinya.

Sepanjang yang bisa kuingat, Mama mengatakan bahwa TK Raka—adik Rangga—berada di belakang sekolahku. Siapa pun pasti akan berpikir, tempat yang dimaksud Mama berada di belakang sekolah yang kutempati SAAT INI, kan?

Jadi, begitu bel pulang sekolah berbunyi, aku langsung mengayuh sepedaku menuju belakang sekolahku. (Lihat? Begitu bel berbunyi, aku langsung pergi. Aku berusaha semaksimal mungkin di hari pertamaku.) Aku tahu betul letak TK yang berada di belakang sekolahku. Secara, itu juga TK-ku dulu. Nah, setelah sampai, aku bertanya kepada salah seorang guru tentang keberadaan Raka, dan beliau bilang, semua murid di sana sudah dijemput.

Aku mencoba menyalakan ponsel untuk mengecek apakah ada pesan dari Tante Eva—ibu Rangga dan Raka, sekaligus orang yang memperkerjakanku. Siapa tahu, hari pertamaku diundur menjadi besok atau apa. Namun, ponselku mati total. Itu disebabkan oleh aku yang kelewat kere untuk mengganti charger ponselku yang rusak. Akibatnya, setiap hari aku harus meminjam charger adikku, Bulan, dengan risiko dia bakal mencabut ponselku dari charger-nya dan menggantinya dengan ponsel dia sendiri sesuka hatinya—seperti yang terjadi pagi ini.

Saat itu aku cuek saja dan berpikir, mungkin Tante Eva memang mengirimiku pesan. Aku kembali ke sekolah untuk nongkrong dengan teman-temanku di kantin tanpa punya firasat apa-apa.

Tetapi, tidak! Ternyata aku salah besar telah berpikir begitu. Ketika sedang asyik mengobrol, tahu-tahu Rangga menghampiriku dan menatapku dengan wajah apa-yang-sedang-kau-lakukan-kau-tidak-seharusnya-berada-di-sini. Lalu, yah, berlangsung percakapan menyebalkan tadi.

A Babysitter's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang