Aku punya ! #3

19.4K 1.1K 34
                                    

SEJAK diberitahu dia sudah pun dijual bapa kandungnya sendiri Dahlia hanya mendiamkan diri . Makan jika diarah , minum jika perlu . Sekali pun tidak bersuara hanya gelengan dan anggukan menjadi jawapan .

Iman mendengus kuat . Dia bebaskan gadis ini bukan untuk melihat gadis ini membisu .

Sandwich tuna dua lapis diletak ke dalam piring . Iman mengendahkan pandangan anak buahnya yang sedang melantak .

Dia bangun dari kerusi dan berlalu ke arah Dahlia yang sedang menguis makanan .

"Kau bangun " arahnya tiba-tiba . Dahlia terkebil-kebil mendongak memandang Iman yang menayangkan wajah dinginnya .

Dahlia mengerutkan dahi .

"Aku cakap bangun ! " sekali rentap gadis itu berdiri dihadapannya .

"Kau monyok pahal ? " Dahlia hanya diam seperti biasa gelengan sebagai jawapannya .

That's it !

"Let's go ! Aku hantar kau balik " Iman terus menarik tangan Dahlia keluar dari dapur dan melangkah ke pintu besar . Gadis itu keliru sama ada meronta membantah atau mengikut melangkah .

Dahlia keraskan badan saat Iman menyuruhnya masuk kedalam kereta .

"Kau pahal !? Nak balik kan ?! Let's go ! I send you home ! " mencerlung luas mata Iman .

Sakit hati dia melihat gadis ini bermurung. Terasa dirinya hilang sesuatu melihat gadis ini kesedihan .

Dahlia dengan mata bergenang memandang Iman . Tercebik-cebik bibirnya menahan tangis .

Iman terdiam melihat genangan air mata gadis itu . Dia mendongak melepaskan keluhan . Rambut diraup kebelakang sebelum menarik Dahlia kedalam pelukkannya .

"I'm sorry . Aku tak bermaksud nak marah kau . I'm just .. kau macam tak suka duduk dekat sini like you more hurt live here than your past life " ujar Iman . Dia membelai rambut keperangan Dahlia .

Dahlia mengambil masa lama sebelum membalas pelukkan Iman .

"I'm sorry . I didn't mean it . Sa..saya sedih sebab a..ayah sanggup tu..kar duit dengan sa..saya .. " ujar Dahlia dengan sedu .

Iman mengeluh berat . Dia meleraikan pelukkan namun tangan kanannya masih erat memeluk pinggang Dahlia . Tangan kirinya berlari diwajah Dahlia menyisir tepi rambut Dahlia yang berjuntai didahi .

"Kenapa kau nak sedih ? Patutnya kau happy sebab dah takde yang pukul kau sampai nyawa-nyawa ikan . Treat you like binatang . " ujar Iman .

Langsung matanya tidak lari dari memandang anak mata Dahlia .

"But still , dia ayah saya " jawab Dahlia .

"Kau nak balik ? Aku boleh hantarkan . Aku cuma nak buat kau bebas dari semua tu tapi dah itu yang kau nak dalam hidup kau i'm no one to stop it . Right ? Let's go , i send you home " Iman terus merungkai pelukkan .

Jujur , dia terasa kecil hati . Mati-mati dia mahu gadis ini sentiasa berada disisinya . Kenaifan gadis ini membuatkan dia benar-benar ingin melindungi Dahlia .

Dia yang baru ingin berlalu terhenti langkah kerana pegangan erat dilengannya . Namun dia tidak menoleh . Takut egonya turun melihat wajah comel Dahlia .

"Saya taknak balik . Saya nak duduk sini dengan awak " ujar Dahlia ikhlas .

Dia selesa berada di rumah jejaka ini walaupun sama sekali tidak mengenali latar belakang Iman . Namun layanan penghuni rumah agam ini membuatkan dia benar-benar selesa .

"Maaf saya kecilkan hati awak . Saya just kecewa bila ayah pilih duit berbanding saya . Nampak sangat saya tiada nilai harga dimata dia sebagai seorang anak . But it's okay , as long as ayah happy saya tumpang happy . " Dahlia tersenyum manis .

Iman masih mendiamkan dirinya tanpa berpaling .

"Boleh saya tinggal sini dengan awak ? "

Wajah Iman bertukar merah .

Kenapa kau comel sangat !!

- - - - -

"BOLEH lah please ? Kali ni je " rayu Dahlia tanpa henti . Iman masih seperti tadi . Statik dengan kunyahan popcorn caramelnya .

"Fine , aku pergi diam-diam " bisik Dahlia perlahan . Dia dah berputus asa pujuk rayu tayang muka habis comelnya . Namun Iman masih dengan jawapan sama ; tidak membenarkan dia berkerja !

"Kau pergilah , aku tak janji kau balik dengan ada kaki " ujar Iman dingin .

Dia bukan saja-saja melarang gadis itu bekerja di kedai mamak . Masalahnya dia tu perempuan ! Kerja dekat mamak adalah satu kesilapan besar ! Sebab dekat mamak budak-budak lelaki selalu lepak jadi dia taknak hati dia berdarah teruk tengok budak-budak lelaki tu usha Dahlia .
And , kedai mamak tu bukak malam ! And tutup pukul 5 pagi ! Jadi gila dia nak izinkan gadis itu pergi ? Kalau sebelum mereka berjumpa takpelah jugak .

Meraung Dahlia mendengar ugutan Iman . Dia benar-benar perlukan pekerjaan itu . Kalau tak macam mana dia nak bayar balik dekat Iman makan minum dia ?

"Bagilah saya kerja . Malam je . Pagi , siang , petang saya dekat rumah . Promise!" Ujarnya bersungguh sambil mengangkat tapak tangan tanda berjanji namun hanya dipandang Iman dengan hujung mata .

"Kenapa kau nak kerja ? Bagi aku satu sebab yang munasabah " ujarnya tanoa mengalih mata dari kaca televisyen yang sedang menyiarkan 'White House Down' movie mat salleh .

"Sebab saya nak duit . Nak bayar sewa duduk dekat sini , bayar makan minum selama saya dekat rumah ni dekat awak . Saya taknak duduk goyang kaki je "

Terus Iman berpusing menghadap Dahlia .
"Siapa suruh kau bayar ? " dingin dia menyoal .

Dahlia tertunduk sambil bermain dengan jarinya .

"Fine , kau nak bayarkan ? Aku nak RM100 for every food and drinks that you eat . Tak kira satu biji kacang ,segigit roti kosong or setitik air mineral Rm100 .  Bayarlah ! " tegas Iman membuatkan Dahlia menelan air liur kasar .

"Aku yang ajak kau duduk sini . Aku yang bawa kau duduk sini . Dan aku tak pernah minta walau sesen pun duit kau . Kau faham ? Aku tak bagi kau kerja sebab nanti ramai budak laki bodoh dekat kedai tu usha kau ! Perhati je kau . Aku tak boleh ! "

berangin pula Dahlia tiba-tiba mendengar kata Iman . Siapa dia untuk melarang ?

"Kenapa tak boleh pulak ?! " ujar Dahlia meninggikan suara senoktaf .

"Sebab kau aku punya !"

Krik Krik

Suasana ruang tamu tiba-tiba menjadi sunyi . Iman terus melangkah ke bilik tidurnya dengan laju .

Dahlia terpinga-pinga sebelum bibir mungilnya mengukir senyum halus .

Sebab kau aku punya !

Dia , Bidadari Tak Bersayap . Episode 3

Dia , Bidadari Tak BersayapWhere stories live. Discover now