Menerima Sepenuhnya!

1.9K 203 57
                                    

TYPO HARAP MAKLUM

Lets Vote & Comments

***

"HAHAHAHA!!"

Gelak tawa terdengar riuh ramai dari dalam ruang rawat inap Kinal. Tawa yang berasal dari seorang gadis jangkung, yaitu Shania. Tawa terpingkal pingkal akibat dari kebodohan seorang temannya, yaitu Veranda.

Di samping Shania, yaitu Naomi. Gadis berwajah oriental itu hanya senyum senyum saja, pun merasa geli. Bedanya, dia tidak seekspresif Shania. Dia masih punya tenggang rasa untuk tidak menertawai Veranda secara berlebihan.

"Ih, kalian kok ketawa sih? Kan tadi kalian udah janji gak akan ngetawain gue!" Rungut Veranda dengan muka ditekuk, bersemu dadu karna malu.

"Hahahaha! Gimana kami gak ketawa? Habisnya loe bego pakai banget sih. Sumpah deh, Ve. Baru kali ini loh gue denger kalo ada orang sakaw gara gara maag kambuh. Hahahaha!" Sahut Shania kembali tertawa tergelak. "Aduh duh duh. Perut gue sampai sakit gara gara ngetawain loe," imbuhnya, berusaha meredakan tawanya. Ia mengusap cairan bening yang keluar dari ekor matanya akibat terlalu banyak tertawa.

"Gue'kan gak tahu, Shan." Protes Veranda.

"Ya makanya cari tahu dulu dong Ve, bukan malah ngambil kesimpulan sendiri. Sumpah deh, loe itu polos apa emang bego sih?"

"Heh! Gue gak bego ya."

"Oya? Trus, apa namanya dong kalo gak bego? Maag kambuh dibilang sakaw, hm?"

"Nggg itu, itu, itu... Huft! Iya sih," Ucap Veranda pelan tidak bisa membantah lagi.

"HAHAHAHA!!"

Lagi, Shania kembali tergelak. Malam ini, Veranda habis habisan diledekin dan diketawain Shania. Veranda pun hanya bisa mendesah pasrah. Ini semua memang gara gara pikiran bodohnya, mengambil kesimpulan sendiri tanpa mencari tahu terlebih dahulu, kenapa bisa mengerang kesakitan kemarin.

Kinal sedari tadi hanya diam saja menyimak kehebohan Veranda dan Shania. Ia ingin ikut menertawai, tapi takut dosa dan juga takut Veranda malah jadi tersinggung nantinya. Ia memilih mencari aman, dari pada diamuk Veranda. Namun begitu, ia tetap tak bisa untuk tidak tersenyum geli.

"Apa loe senyum senyum? Mau ngetawain gue juga?" Seru Veranda mendelik, menghardik Kinal.

Kinal buru buru menggeleng cepat dan tertunduk takut takut. Baru juga senyum geli, sudah kena hardikan. Coba kalo ia ikut tertawa terpingkal pingkal seperti Shania. Beuh, keluar rumah sakit mungkin bisa bisa ia cuma tinggal nama saja. Ngeri banget gak tuh?

"Huh! Punya cowok bukannya bantuin, malah ikut ngetawain. Dasar nyebelin!" Gerutu Veranda makin menekuk muka..

Kinal menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, mendengar itu. Shania masih sibuk untuk meredakan tertawanya. Naomi sendiri hanya tersenyum tipis saja.

---

Dokter baru saja selesai memeriksa kondisi Kinal. Ia mengatakan kalo kondisi Kinal sudah membaik dan stabil, baik itu stamina, kondisi perut dan juga alerginya serta keadaan Kinal yang sudah tidak pucat lagi. Besok, Kinal pun sudah diperbolehkan pulang.

Saat ini, Veranda sedang menyuapi Kinal untuk makan malam. Dia menyuapi dengan telaten dan penuh perhatian. Sesekali ia usap bibir Kinal dari jejak jejak nasi yang tertinggal. Dia tidak sadar, setiap kali dia melakukan itu, jantung Kinal serasa mau meloncat keluar, berdetak dua kali lipat lebih cepat seolah sedang lari marathon.

"Kamu harus makan yang banyak biar cepat sembuh," Ucap Veranda seraya kembali menyuapi Kinal.

"Hm," Gumam Kinal, sedikit pun tak melepaskan pandangan matanya dari wajah cantik Veranda.

Rencana Sang SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang