Jalan yang Terbaik!

1K 158 50
                                    

TYPO HARAP MAKLUM

Lets Vote & Comments

***

Rintik hujan perlahan mulai turun, menemani langkah letih Kinal yang mulai goyah. Tak peduli baju mulai basah, laki laki itu terus melangkah.

Buru buru ia cepat berlari mencari tempat berteduh. Berlindung dari rintik hujan yang mulai membasahi tubuh. Halte bus adalah pilihan terdekat, dari pada nekat menerobos hujan yang kian lebat.

Langit mulai gelap, awan hitam menggantung bagai payung raksasa di atas sana. Ditilik dari kepekatan awan yang begitu kelam, hujan deras tak mungkin terbendung lagi. Hal itu sedikit menghambat langkah Kinal dalam menuju pulang.

"Apa mau anda sebenarnya?"

"Sederhana saja. Tinggalkan Veranda." Ujar Trisye menatap Kinal angkuh. "Jika kamu masih ingin terus sekolah disini, maka ikuti permintaan saya. Tapi jika kamu menolak, silakan bersiap-siap angkat kaki dari sekolah ini. Permisi!"

Helaan napas bercampur deru suara hujan mengiringi Kinal dalam lamunan. Kilasan bayang bayang akan pertemuan dengan Mamanya Veranda tempo hari terus berputar putar di kepala. Permintaan Mamanya Veranda jelas bukan perkara yang mudah untuk bisa ia putuskan begitu saja. Ini menyangkut hati, salah sedikit saja ia melangkah, bukan tak mungkin seumur hidup ia akan dirundung rasa bersalah. Dibenci sama orang yang ia cintai, yaitu Veranda.

"Kenapa hidup ini begitu gak adil? Apa yang salah dengan perasaan kami? Begitu hinakah aku, hingga aku tidak pantas untuk dicintai?"

Hilir mudik laju kendaraan silih berganti. Berebut ruas jalan saling mendahuli. Tak peduli jutaan kubik air hujan kian menggila jatuh dari langit. Bagi mereka, hujan bukanlah aral rintangan yang sulit.

Berlomba lomba menjadi penguasa jalan raya demi mencapai tujuan utama, demi keluarga yang sudah menunggu pulang untuk kumpul bersama. Melepas rasa lelah setelah seharian berkerja, secepatnya lepas dari belenggu hujan yang kian meraja.

Pyakkk!!!
Byurrrr!!!

Genangan air yang tercipta muncrat kemana mana. Terlibas roda kendaraan yang tak kenal rasa iba. Berhamburan menerpa tubuh Kinal yang berlindung di bawah halte, hingga laki laki itu mau tak mau menjadi basah kuyup karnanya.

Shit!

Laki laki itu mengumpat geram. Mendapati tubuhnya menjadi korban siraman kesombongan pengguna jalan raya. Bukan cuma saja basah kuyup, tetapi juga kotor akibat air yang bercampur lumpur.

"Lengkap sudah kesialanku hari ini. Terjebak hujan dan kini dipaksa bermandi lumpur jalanan. Arrrrggghhh... Sial!"

Kinal mulai sibuk mengusap noda di bajunya, tak sadar kalo ada dua orang sedari tadi terus memperhatikannya. Dari balik kemudi sebuah mobil sedan hitam yang terparkir tak begitu jauh dari halte bus. Dua orang itu terus mengamati Kinal yang sibuk membersihkan diri.

"Gimana, Tuan? Apa perlu saya samperin dia?" Bertanya seorang wanita muda yang bertindak sebagai supir.

"Tidak perlu. Biarkan saja dia." Ucap laki laki tua yang duduk di kursi belakang.

Si sopir mengangguk patuh. Dia lalu melajukan mobil atas titah majikannya tersebut. Berlalu dari tempat itu, meninggalkan Kinal yang masih sibuk berkutat dengan bajunya yang basah.

Brummm...

Tak lama setelah mobil sedan hitam itu melaju pergi, dari arah berlawanan muncul sebuah mobil sedan merah dan berhenti. Dengan berbekal payung kecil, si pengemudi keluar dari mobil dan buru buru menghampiri Kinal, menarik paksa laki laki itu untuk ikut dengannya masuk ke dalam mobil.

Rencana Sang SENJAWhere stories live. Discover now