Percikan Awal!

1.5K 185 34
                                    

TYPO HARAP MAKLUM

Lets Vote & Comments

***

"Benarkah itu, Ve?" Tanya Trisye menatap Veranda. "Benar apa yang Steve bilang, kalo dia pacar kamu?" imbuhnya, tajam penuh selidik.

Veranda bingung harus jawab apa. Jika jawab jujur, maka sang Mama pasti akan memarahinya habis habisan dan juga tidak menutup kemungkinan Kinal pun akan turut terseret kedalam masalah yang lebih besar lagi. Tapi jika ia jawab bohong, maka ia akan menyakiti hati Kinal dan itu bisa saja menjadi bibit masalah baru antara dirinya dengan Kinal.

Jujur atau bohong?
Mana yang akan dipilih Veranda?

"Bukan. Saya bukan pacar Veranda!"

Veranda yang sedang dalam mode kebingungan harus jawab pertanyaan sang Mama seperti apa seketika menoleh, terkejut akan pengakuan bohong Kinal.

"Saya bukan pacar Veranda. Kami cuma teman biasa. Kebetulan kami gak sengaja ketemu disini terus makan bareng," Ujar Kinal, lagi. Ia bicara seperti itu karna tidak tega akan gestur gelisah Veranda yang dicecar oleh Trisye. Terpaksa ia berbohong demi melindungi Veranda dari amarah Trisye.

"Nal?" Protes Veranda tidak suka akan ucapan bohong Kinal, namun tak dihiraukan Kinal.

Trisye menatap intens Kinal, mencari kebohongan di mata laki laki itu. Lalu, ia beralih melihat putrinya, Veranda. "Ayo pulang!" Titahnya.

"Ma?" Ucap Veranda lirih.

Trisye berjalan keluar dan mau gak mau Veranda terpaksa harus menuruti titah sang Mama. Ia melihat Kinal sejenak. Lewat tatapan mata, ia meminta maaf yang diangguki Kinal.

Kinal menatap sendu Veranda yang berjalan keluar resto menyusul Mamanya. Tadinya ia berharap Veranda bisa secara tegas mengenalkan dirinya sebagai pacar, namun sayang Veranda tidak berani bicara yang sebenarnya. Tapi, ia tidak menyalahkan Veranda, karna untuk bicara jujur juga butuh keberanian ekstra tinggi. Apa lagi pada sang Mama.

"Gue tahu loe tadi berbohong."

Kinal menoleh, melihat Steve yang ternyata masih ada di tempat itu. Steve terlihat menyunggingkan senyum sinis ke arahnya.

"Gue tahu loe sama Veranda ada hubungan spesial, tapi... Ahh, sudahlah... Gak penting juga!" Kata Steve. Dia lalu menatap Kinal angkuh. "Gue ingetin sama loe. Mending mulai sekarang loe jauhin Veranda. Karna apa? Karna anak Panti kayak loe itu gak pantes berteman, apa lagi pacaran sama Veranda. Inget itu!" Ucapnya sengit, merendahkan Kinal. Ia lalu berlalu keluar dari resto menyusul Trisye dan Veranda.

Kinal mengatupkan rahangnya dan mengeratkan kepalan tangannya kuat kuat, menahan rasa geram akan kata kata Steve yang begitu merendahkannya.

Shit!

---

Cklek!

Trisye menyusul Veranda masuk ke dalam kamar putrinya tersebut. "Mama tahu temanmu tadi berbohong. Jawab dengan jujur. Apa kalian pacaran?" Tanyanya serius.

"Ma..." Lirih Veranda tertunduk takut takut. Haruskah ia jujur? Pikirnya.

"Ve, Mama gak pernah melarang kamu dekat sama siapa saja. Mama juga gak akan marah kalo kamu beneran pacaran sama... Siapa nama temen kamu tadi?"

"Kinal, Ma."

"Ah, iya Kinal. Mama gak akan marah kalo kamu memang beneran pacaran sama dia. Tapi... Kamu harus ingat tugas utama kamu. Tugas utama kamu itu belajar, apa lagi sebentar lagi kamu Ujian Nasional. Mama gak mau konsentrasi kamu pecah hanya gara gara pacaran. Jadi, mulai besok Mama gak akan ijinin kamu buat kluyuran kemana mana lagi setelah pulang sekolah."

Rencana Sang SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang