Sisi Lain!

1.3K 151 35
                                    

TYPO HARAP MAKLUM

Lets Vote & Comments

***

Di bawah guyuran air hujan yang turun secara tiba tiba, Kinal berlari lari kecil menuju halte bus terdekat. Cuaca akhir akhir ini memang sukar untuk diprediksi. Dari pagi sang raja siang begitu pongah dan angkuh menunjukkan sinarnya yang sangat terik, namun jelang sore hari, pongahnya sang raja siang tak mampu membendung sekumpulan awan hitam yang datang memayungi angkasa.

Tak lama pula disusul tangisan langit yang membasahi tanah. Sialnya, Kinal adalah salah satu dari sekian banyak orang orang yang harus merasakan pahitnya tangisan sang langit. Namun, ia tidak mengeluh, tidak pula hujan adalah kesialan baginya. Ia menganggap hujan adalah berkah untuknya. Entah untuk orang lain.

"Ck, kenapa sih harus turun hujan? Kalo gini'kan aku jadi telat untuk pulang."

"Iya, bener. Hujan memang sangat menyebalkan."

"Hujan bikin kacau. Bikin banjir dimana mana. Bikin becek. Euhh, jijik."

Kinal memutar bola matanya malas mendengar obrolan beberapa cewek yang kebetulan berada di bawah halte yang sama dengan dirinya, yaitu berteduh, berlindung dari hujan yang turun bak ribuan anak panah merejam bumi.

"Cih, dasar manusia manusia gak tahu rasa bersyukur. Udah untung Tuhan berbaik hati menurunkan hujan. Bukannya disyukuri tapi malah mengeluh," Rutuk Kinal dalam hati.

.
.
.

Cklek!

Kinal keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambut basahnya dengan handuk. Nekat menerobos hujan ternyata tidaklah seburuk yang orang bilang. Ia jadi bisa sampai di kost lebih cepat, dari pada tetap bertahan berteduh di bawah halte menunggu redanya sang hujan. Mungkin ia akan tiba di kost petang hari jika tetap bertahan, karna hingga detik ini pun langit tak jua menunjukkan tanda tanda akan berhenti menangis.

"Siapa ya kira kira cowok yang menjemput Veranda tadi?" Batin Kinal termenung.

Tadi, saat pulang sekolah, dari arah koridor kelas ia melihat Veranda dijemput seorang pria. Ia tidak tahu siapakah pria itu, karna ia belum pernah melihat pria itu sebelumnya. Apakah pria itu saudara Veranda atau bukan, ia tidak tahu. Sampai detik ini pun ia masih buta perihal silsilah keluarga pujaan hatinya tersebut.

FYI, Hubungan Veranda dan Kinal itu sampai saat ini bisa dibilang masih Backstreet nggak pakai Boys. Veranda belum mau terbuka mengenalkan Kinal sebagai orang yang spesial ke kedua orang tuanya.

Entah untuk alasan apa Veranda melakukan itu dan Kinal pun tidak mau rewel bertanya apa alasannya ke Veranda. Hanya diam dan mengikuti alur yang diciptakan oleh kekasihnya itu. Hanya itulah yang bisa Kinal lakukan untuk saat ini dan mungkin entah sampai kapan, ia tidak tahu.

"Masih hujan?" Gumam Kinal melihat keadaan di luar dari jendela kamar kost-nya.

Tok Tok Tok

Terdengar pintu diketuk tiga kali dari luar. Kinal menoleh, menatap pintu kamar kost-nya. Siapa yang datang berkunjung hujan hujan begini? Batinnya heran. Ia pun membukakan pintu untuk tamunya yang entah siapa yang berkunjung di kala hujan begini.

Cklek!

"Hai!" Sapa seorang wanita cantik berambut panjang dikuncir ekor kuda diiringi sunggingan senyum yang luar biasa manis.

Hm!?

Dahi Kinal mengernyit, menatap wanita yang berdiri di depan pintu kamar kost-nya. Siapa ya? Batinnya tidak kenal.

Rencana Sang SENJAWhere stories live. Discover now