Prahara Permen Kaki!

1.3K 162 47
                                    

TYPO HARAP MAKLUM

Lets Vote & Comments

***

Komik di tangan, namun pikiran melayang entah kemana. Kata kata Steve tempo hari tak bisa ia abaikan begitu saja. Ia bukan takut, bukan pula pengecut yang diancam langsung ciut. Bukan, ia bukanlah orang seperti itu. Tapi ada faktor lain yang memaksanya harus berpikir dua kali dalam menanggapi ancaman dari Steve.

Jaman sekarang tidak ada yang namanya orang hebat atau pun jagoan. Uang selalu menjadi raja dari segala raja di muka bumi ini. Dengan uang maka hal yang tidak mungkin pun bisa menjadi mungkin.

Kapasitasnya sebagai orang yang berada di kasta bawah memang sangat menyulitkannya. Tidak bisa bertindak secara bebas sesuai keinginannya. Tekad dan tenaga saja tidaklah cukup, semua selalu terhalang dengan yang namanya dinding kokoh bernama uang. Sebuah tirani yang akan selalu ada di dalam kehidupan.

Huft!

"Jadi orang miskin memang susah ya. Selalu dipandang sebelah mata dan cenderung diremehkan. Nasib, nasib..."

Tak juga bisa fokus dengan komik di tangan, Kinal memilih menutupnya. Berdiri dari tempatnya duduk, berlalu dari singgasana nyamannya di rooftop gedung kesenian.

Kegiatan belajar mengajar hari ini ditiadakan. Guru guru ada rapat dadakan, entah apa yang sedang dirapatkan para pahlawan tanpa tanda jasa itu. Yah, mungkin membicarakan perihal Ujian Nasional yang tak lama lagi diselenggarakan.

Tapi apa pun itu, inilah salah satu moment membahagiakan bagi para siswa. Jam pelajaran kosong. Horeeeee....!!!

Tap Tap Tap

Suara alas sepatu beradu dengan lantai terdengar bak alunan musik yang mengalun indah. Menggema di dinding gedung kesenian, berpadu dengan hiruk pikuk para penimba ilmu yang berlalu lalang di sepanjang koridor.

"Kak Kinal!!!" Sapa para siswi junior yang berpapasan dengan Kinal.

"Hai!" Balas Kinal, tersenyum ramah. Senyum terbaik yang bisa bikin kaum hawa gesrek, salah tingkah dan histeris dibuatnya. Lebay!

"Kyaaaaa!!!"

"Hahahaha!"

Tawa renyah Kinal pun pecah, geleng geleng kepala, merasa geli akan tingkah lucu para juniornya yang heboh sendiri.

"Kak Kinal, mau permen gak?" Tawar seorang siswi dengan tag name Eve. Menawari sebuah permen kaki. "Ini enak loh, manisnya pakai banget kayak aku. Hehehe!" Ujarnya sok lucu dan centil, lalu tertawa nyengir.

"Boleh deh, sini!" Sambut Kinal menerima permen dari siswi bernama Eve tersebut. "Kamu suka banget ya ngemut permen kaki?" Tanyanya sembari membuka pembungkus permen.

"Hm, banget." Angguk Eve antusias.

"Kenapa? Bukannya permen bisa bikin gigi bolong?"

"Uhm, gimana ya... Soalnya kalo ngemut yang lain ntar dimarahin Mama."

"Hm? Maksutnya?"

"Hahahaha!"

Eve dan teman temannya yang lain seketika tertawa lebar. Buru buru berlari pergi sebelum Kinal sadar.

Ngemut yang lain dimarahin Mama? Maksutnya apa coba? Kok rada ambigu ya? Batin Kinal garuk garuk kepala, berpikir keras.

"Ekhm!"

Suara deheman dari belakang sedikit mengejutkan Kinal. Buru buru dia balik badan, melihat siapa yang datang. Yaitu...

"Ve?"

Rencana Sang SENJAWhere stories live. Discover now