Bab 7

2.9K 387 16
                                    

Dini meronta-ronta kesakitan, Bu Indah dan teman-teman hanya ketakutan melihat Dini yang tersiksa itu, tak ada yang mampu bertindak, mereka tak ingin menyia-nyiakan nyawa hanya untuk orang yang hampir tewas. Dina berusaha menolong, namun tubuhnya mematung, tak berani maju selangkah menuju Merah.

Tak lama kemudian terdengar beberapa sirene dari luar sekolah. Ternyata mobil polisi dan ambulance. Hentakkan sepatu bot terdengar di anak tangga, ternyata para polisi bersenjata.

"Minggir semuanya," ujar seorang polisi paling depan.

Kami mundur menjauh dari para polisi yang berusaha mendobrak pintu.

"Tak bisa, pecahkan jendelanya," ujar salah satu polisi.

Mereka menghancurkan kaca jendela dengan sikunya.

Trasss!!!

Kaca-kaca hancur, mereka masuk dengan hati-hati.

"Terlambat, korban sudah tewas dan pelaku menghilang," ujar polisi yang terdepan tadi.

"Evakuasi korban!" Perintahnya.

Akhirnya pintu bisa terbuka, Dini di bawa ke rumah sakit.

"Pak, kursinya berhantu," ujar Bu Indah dengan wajah kecemasan, keringat dingin di sepanjang tubuhnya. Beliau mengingat anak-anaknya yang masih kecil-kecil di rumah, apa jadinya jika beliau mati.

"Baik, kami akan bawa kursi ini untuk segera di hancurkan," ujar Polisi itu.

Mata Nindy membelalak saat melihat Merah terlihat bahagia, rencana apa lagi?

"Ya, bawa aja Pak, kami tak ingin mati mengenaskan," ujar Fara Sadira Fredelina yang kerap di panggil Fara.

"Della aja sudah berencana berhenti sekolah karena takut dengan hantu itu," sela Della Naveesa gemetar.

"Baiklah, kami harus segera pergi," ujar Polisi itu.

"Makasih nih Pak!!" Ujar Karen dengan pd-nya.

Polisi itu mengangkat kursinya dan meletakkannya di mobil bak polisi. Tak terjadi apa-apa, apakah teror nya berakhir?

Ambulance itu di kawal 5 mobil polisi. Kursi berhantu itu di ikat di mobil pickup polisi.

Di tengah perjalanan, ada sebuah truk yang mengangkut tangki minyak tergelincir karena ban depannya tiba-tiba bocor. Jalannya tak beraturan, 2 mobil polisi terdepan memperlambat kendaraannya yang melaju cepat. Truk itu rebah, tidak meledak tapi menutupi semua jalan.

6 mobil itu mendengik, berusaha memberhentikan kendaraan nya yang melaju cepat.

Brukk!

Brukk!

Bummm!!!

Mobil pembawa kursi itu hilang kendali, semuanya tak bisa di kendalikan, menabrak ambulance lalu 2 mobil polisi terdepan. Mobil pickup itu melayang dan mendarat di tangki minyak truk itu.

Ledakkannya terdengar sangat keras, membakar semua mobil polisi dan ambulance itu beserta isinya. Tak ada yang selamat, semuanya terbakar secara cepat. Pemadam kebakaran datang dan memadamkan api, namun tetap saja, semua manusia di dalam kendaraan terbakar itu telah jadi abu. Apakah kursinya juga menjadi abu?

===========================

"Loh? Udah di ganti aja kursinya?" Devan kebingungan saat piket.

"Hati-hati!" Sorak Nindy.

"Kenapa? Bukannya kursi hantu itu udah di bawa polisi?"

"Jangan di sentuh!"

"Aku heran sama kamu,"

"Benar, ini kursi yang sama!"

"Ah masa sih?"

"Ada yang tidak beres, Merah masih duduk manis di sana, ada apa dengan para polisi itu?"

"Ayo kita laporkan pada Bu Indah atau Bu Nofi,"

"Yuk,"

"Ehm, ada yang akrab nih," sela Della sambil menyapu.

"Akrab karena apa? Karena suka?" Ujar Fara.

"Hushh! Aku lagi serius," jawab Nindy.

Mereka berlari menuju kantor. Tampak Bu Indah baru ingin memasuki kantor guru.

"Buk! Ada... Yang tidak... Beres..." Ujar Devan dengan nafas yang ngos-ngosan.

"Kursinya kembali Buk," sambung Nindy.

"Kamu tahu darimana?" Tanya Bu Indah terlihat tidak percaya.

"Ceritanya panjang, yang jelas aku melihatnya kembali ke kelas," balas Nindy.

Tiba-tiba Bu Nofi datang.

"Indah!!! Mobil polisi dan ambulance nya mengalami kecelakaan hebat!" Ujar Bu Nofi terlihat panik.

"Lalu? Semua orangnya?" Tanya Bu Indah.

"Habis terbakar, termasuk mayat muridmu itu,"

"Serius Buk? Ibuk dapat informasi darimana?" Bu Indah ikut panik.

"Lihat ini," Bu Nofi memaparkan rekaman kecelakaan itu di HP nya yang di rekam oleh pengendara yang berlalu-lalang dari dashboard mobilnya.

Merah : Kursi Belakang [Tamat]Where stories live. Discover now