Bab 23

2.2K 281 7
                                    

Semenjak kematian wanita itu, sekolah diliburkan sehari.

Dreett!! Drett!!

Ponselku berbunyi, seseorang menelponku. Oh ternyata Nindy, bodo ah. Aku langsung menolak panggilannya.

Drett!! Drett!

Dia menelponku lagi. Aku menolak panggilan dengan menekan layar kencang.

Drett!!! Drett!!

Aku yang kesal langsung mengangkat telepon.

"Apasih! Ganggu aja! Gua sibuk!" sergahku.

Tak ada balasan. Ku lihat layar ponselku, ternyata bukan panggilan dari Nindy, tapi seseorang yang tak dikenal.

"Maaf sebelumnya, ini siapa?" ujarku lirih.

Tak ada balasan.

"Ah gaje!" kataku sambil menghentikan panggilan.

Ku lihat nomornya dengan cermat.

"Hmmm, 0813-6667-3913," gumamku membaca tiap nomornya. "6667? Ini 3 digit angka setan!"

Aku yang panik memeriksa pesan yang baru masuk dari nomor itu.

"Kamu telah di daftarkan dalam permainan pesan online" begitulah yang tertulis.

"Maksudnya apa?" ku balas pesannya.

"Kami telah terpilih untuk ikut bloody game"

"Game apa?"

"Kamu harus menyelesaikan tantangan yang kami berikan tiga hari, kalau sampai terlambat, kau akan MATI!"

"Aku ingin mengundurkan diri"

"Jika ingin mengundurkan diri, syaratnya harus bunuh diri, otomatis game akan berakhir"

Aku merebahkan diriku di atas kasurku yang tak empuk lagi sambil menatap layar handphone.

"Tantangan pertama untuk hari ini, buat sayatan bertuliskan 'Bloody', jika lewat pukul 23.59, kami akan datang membunuhmu"

"Tantangan macam apa itu!!"

"Kau bisa mengakhiri game ini sekarang sesuai syarat yang telah kami tentukan"

"Baiklah, aku akan ikuti tantangannya"

"Silahkan kirim buktinya dalam bentuk foto atau video"

Palingan cuman orang iseng. Aku tak sebodoh itu bisa tertipu dengan omongan palsu, apalagi lewat chat.

Tapi jika benar gimana?

Kata orang, gak ada nomor telepon yang menggunakan angka setan itu. Lalu bagaimana dengan ini?!

Aku mencoba cari bantuan dari temanku. Tak ada yang online, hanya Nindy saja yang terus aktif dengan status bucinnya.

Aku perlu bantuan secepatnya, apakah Nindy yang masih marah denganku bersuka rela menolongku?

Aku coba telepon dia. Ternyata di angkat.

"Nindy, maafin yang kemarin, tolong aku!!!" ujarku.

"Aku juga dapat pesan untuk 'bloody game' Ren," balas Nindy.

"Astaga! Lalu bagaimana dengan tantangan pertamanya?!"

"Siapa ya dibalik nomor itu, gak mungkin hantu, masa iya hantu main handphone,"

"Haruskah kita laksanakan tantangan itu?"

"Sebaiknya jangan! Cobalah untuk tidak tidur sampai jam 23.59 nanti, kita akan lihat siapa pembunuhnya,"

"Kau yakin? Nanti kita dibunuh loh,"

"Tenang saja,"

"Terima kasih,"

"Ya"

Sambungan diputuskan.

Aku masih kepikiran dengan permainan gila ini. Sehari penuh yang seharusnya aku bahagia di hari libur, menjelma jadi hari dimana denyut jantungku tak bisa berdenyut pelan.

Saking stressnya, aku berniat untuk melakukan tantangan itu.

Lama waktu berjalan, akhirnya malam mulai larut. Lima puluh sembilan menit lagi, jantungku berdebar sangat kencang. Mataku sangat liar melirik ke segala arah, berharap dapat melihat sosok yang akan membunuhku, lalu kabur.

59 menit kemudian...

Merah : Kursi Belakang [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang