My Hug [19]

6.7K 625 3
                                    

Dimitri Xavier Knight

Ia membuka ponselnya pagi ini sehabis bangun dari tidurnya kemudian memeriksa jika saja ia mendapat pesan atau panggilan dari rumah. Namun nihil, sepertinya orang rumahnya terlalu paham dengan Dimitri dan pasti mereka menganggap dirinya lembur.

Ia memaksakan diri berdiri dengan tubuh yang masih terasa sakit dimana-mana. Matanya melirik Bryan yang masih memeluk bantal di kasur sebelah.

Ia melirik arloji hitamnya yang terletak di meja yang kini menunjukkan pukul tujuh pagi, perutnya bergemuruh kelaparan. Biasanya jam segini ia sudah menyantap croissant khas buatan Anna dengan secangkir teh. Kopi dilarang di keluarga mereka maka teh selalu menjadi selingan, tentu saja teh pahit.

Ia menurunkan kakinya menyentuh lantai dingin berkat AC di kamar inap itu, ia sudah biasa hanya saja rasa ngilu langsung menyambut jari-jarinya nya.

Ringisannya membuat Bryan perlahan tersadar. Dan melakukan hal yang sama yaitu bangkit dari ranjang. Bedanya pria itu melakukannya dengan mudah sedangkan ia merasa kesakitan.

"Ingin dibantu?" Tawar pria itu mendekat.

"Aku tidak pincang, hanya saja lebamnya masih sakit. Jadi NO." Ujarnya tegas. Ia benci terlihat lemah.

Dengan susah payah ia berjalan dan akhirnya sampai di kamar mandi namun sebelum menutup pintunya ia menyuruh Bryan melakukan sesuatu.

"Pesankan aku Croissant dan teh pahit."

Bryan memutar matanya jengah. "Ini rumah sakit bukan hotel."

"Pesan online." Pria itu ngotot meninggalkan Bryan yang masih setengah sadar.

*

Mereka menyantap serapan online mereka, awalnya pihak rumah sakit tidak membolehkan namun setelah tahu untuk siapa mereka menyuruh nya mengantar langsung pada mereka.

Jangan remehkan koneksi Knight. Meski begitu Bryan tidak pernah suka dengan yang namanya kolusi. Tapi bukan salah Dimitri karena pria palingan tidak tahu menahu.

"Kamu pesan teh?" Tanyanya baru menyadari melihat Dimitri menyeruput teh hangat itu.

Pria didepannya hanya mengangguk.

"Ada apa dengan kopi?" Ia keheranan.

Dimitri mengangkat bahunya. " Anna bilang tidak baik minum kopi di pagi hari. Jadi aku berusaha untuk melewatkannya , aku rasa ini sudah beberapa bulan. Aku kira aku tidak akan mampu ternyata teh tidak begitu buruk."

"Setidaknya Anna mampu membuat addict kopi sepertimu berubah arah." Puji Bryan.

"Itu karena dia tidak menyukai bau kopi jadi aku berusaha toleransi." Kilahnya.

Bryan menyetujui. "Aku paham sifatmu, kemungkinan besar iya. Bersama Anastasia tidak akan mampu membuat mu berhenti mengingat kalian berdua sama-sama penggila kopi."

Dimitri tertawa kecil. " Membandingkan mereka tidak akan habisnya. Mereka itu cukup berkebalikan." Tuturnya.

Bryan ingin bertanya lebih jauh tapi menahan diri, membahas dua wanita itu di pagi hari membuat suasanya bisa sedikit suram. Cukup semalaman mereka membahas itu jangan lagi, Bryan belum siap memberikan argumen yang lain.

Driiiittt drriiitttt

Ponselnya bergetar.

Dimitri mengangkat dengan cepat ketika melihat nama si penelepon. Bryan yang juga melihatnya hanya bisa geleng-geleng kepala. Pria didepannya ini benar-benar sangat sulit dipahami, ia mengaku tidak peduli tapi tindakan nya menunjukkan hal sebaliknya.

My Hug [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant