My Hug [26]

7.5K 667 8
                                    

Annabeth Khiel

Pukul 02.15 Dini hari.

Anna terbangun lagi untuk kesekian kali pada kehamilannya yang memasuki Minggu ke delapan. Ia sudah dapat merasa banyak perubahan pada dirinya terutama tubuhnya, nafsu makannya benar-benar menurun. Bangun dini hari adalah momen paling menyiksa bagi Anna karena ia hanya akan berselera makan saat ini. Ia sudah konsultasi dengan Dr. lane, dokter menyarankan agar ia mengkonsumsi makanan yang ringan seperti buah-buahan atau roti untuk menghindari konsekuensi gula darah. Lagipula ia harus menutupi rasa laparnya karena esoknya ia akan kehilangan nafsu makan dan diikuti morning sickness yang menyiksa.

Anna melirik Dimitri yang sudah terlelap. Pria itu baru tertidur satu jam yang lalu akibat pekerjaan yang mendesak. Ia tidak mau mengganggu pria itu.

Anna bergerak perlahan, rasanya tubuhnya semakin hari semakin lemah saja untuk berjalan pun rasanya malas dan ia rasa tidur adalah hal yang paling ia nikmati pada masa-masa ini.

Ia berjalan menjauh menuruni anak tangga melihat kiri-kanan jika saja ada orang yang masih bangun. Tapi memang rumah itu hanya berisi mereka bertiga terkadang ayah mertuanya datang menginap tapi itupun jarang.

Sesampainya didapur Anna menarik pintu kulkas mencari melon yang ia sisakan semalam. Meski tidak banyak tapi ia rasa cukup memuaskan rasa laparnya. Ia mencari kesana kemari tapi tidak menemukan apapun.

"Apa aku sudah memindahkan tempatnya?" Ia meragukan ingatannya.

Ia mencari lagi, setengah jam bahkan setelah mengeluarkan seluruh isi kulkas ia masih tidak menemukan apapun.

Ia kehilangan rasa sabarnya.

Bibir Anna bergetar cemberut menahan tangisnya yang muncul begitu saja karena rasa kesal menyadari jika melonnya sudah raib. Emosinya memang tidak stabil belakang ini. Ia gampang tersinggung dan lebih mudah menangis seperti saat ini. Tapi untungnya ia selalu melakukan itu ketika ia sendirian jadi orang tidak begitu tahu.

Tapi kali ini, ia benar-benar merasa sangat sedih.

Melonnya.

Melonnya

Telah hilang.

Ia terisak terduduk dilantai memukul mukul apa saja yang ia ingin pukul. Ia benar-benar kesal hingga tidak peduli jika orang lain mendengar ia sedang merengek.

***

Dimitri Xavier Knight

Ia dikejutkan suara-suara yang mengusik telinganya karena memang ia belum begitu terlelap. Matanya menyelidik mencari Anna tapi wanita itu tidak di sana. Ia beranjak mencari ke kamar mandi tapi tidak menemukan wanita itu.

Ia melihat pintu kamar mereka terbuka sedikit dan menyimpulkan jika wanita itu sedang keluar. Ia mencarinya penasaran kemana wanita itu pergi sepagi ini. Semakin ia mendekat ruang tengah semakin ia mendengar suara aneh dan juga lemparan yang cukup mengagetkan.

Ketika sampai di dapur ia dikejutkan oleh Anna yang sudah terduduk dengan wajah berair tidak karuan beserta kulkas kosong dan tumpukan sayuran berada diluar kulkas.

"Ada apa?" Tanyanya kelabakan berjongkok didepan Anna.

Anna tidak menjawab ia masih sibuk menangis.

Dimitri merapikan sayuran itu kembali kedalam kulkas membiarkan Anna menangis sedikit lebih lama lagi. Merasa jika kulkasnya sudah tertata rapi lagi dan Anna juga sudah mulai menghentikan rengekannya ia mengambil duduk didepan Anna.

Ia bingung dengan situasi ini tapi berdasarkan hasil selama ia mengikuti jadwal periksa Anna dokter selalu membahas mengenai perubahan hormon yang terlihat dari emosi wanita hamil. Sejauh ini ia tidak pernah menemukan perubahan apapun pada sikap Anna dan ini adalah pertama kalinya.

"Kamu sudah bisa cerita?" Ia bertanya pelan.

Anna mengangguk.

"Ada apa? Kenapa ini semua terjadi?" Tanyanya singkat menatap kulkas itu sekilas.

"Melon.." Ucap Anna susah payah karena jika mengingat buah itu ia akan sedih kembali.

"Ada apa dengan melon?"

"Melonnya hilang." Anna meninggikan suaranya. "Tadi malam saya sudah menyiapkannya disini. Didalam kulkas tapi tidak ada. Hilang." Jelasnya penuh penekanan.

Dimitri berpikir keras.

"Buah yang lain?" Tanyanya lagi.

"Kamu kan lihat sendiri tidak ada apa-apa!" Dimitri kaget mendengar nada kekesalan Anna untuk pertama kali.

"Mau makan sekarang?" Ia bertanya hati-hati.

"Aku hanya mau makan jam segini." Anna mulai menyeka sudut matanya lagi.

Dimitri membatin. 'Kemana Anna yang kalem?'

"Sudah berapa kali begini?"

"Sering." Wanita itu menjawab ogah-ogahan.

Dimitri mengangguk kemudian teringat seketika bahwa semalam Margaret ada mengantar sepiring melon ke ruangannya. Ia meringis mengingat jika melon itu ia habiskan begitu saja.

Ia menatap Anna yang beranjak dari duduknya. Dan ia mengikuti wanita itu

" Kamu mau kemana?" Tanyanya

"Mau beli buah." Anna menjawab singkat dan beranjak naik ke kamarnya.

Dimitri menarik nafas lelah. Ia baru saja tidur dan sekarang harus pergi menemani wanita itu. Tentu saja ia harus ikut karena ia adalah tersangka yang memakan melonnya. Ditambah lagi Anna sedang hamil jadi keputusan bodoh membiarkan wanita itu pergi sendirian.

***

Mereka berdua berjalan disekitar rak buah, Dimitri mendorong keranjangnya yang lama kelamaan mulai terasa berat. Wanita didepannya memasukkan buah apa saja yang ia inginkan dengan porsi banyak.

Ia tidak ingin melarangnya. Biar saja asalkan wanita itu lupa dengan kejadian melonnya. Dimitri masih sayang dengan harga dirinya. Ia tidak mau dituduh sebagai pencuri melon.

Tidak butuh waktu lama keranjang mereka penuh dan Anna akhirnya memutuskan untuk pulang. Setelah membayar dan memasukkannya ke dalam bagasi mereka beranjak pulang. Anna memakan dua kotak berukuran sedang stroberi merah dipangkuannya. Dimitri hanya bisa melirik.

Ia tidak tahu jika wanita itu menyukai buah-buahan dalam porsi sebanyak itu.

***

Keesokan paginya Mereka berdua bangun kesiangan karena tidur hampir pukul empat lewat. Setelah pulang Dimitri harus menemani Anna menyusun buahnya. Sebenarnya wanita itu menyuruhnya untuk tidur terlebih dahulu tapi ia tidak mau bagaimana jika Anna memutuskan untuk keluar lagi tanpa sepengetahuannya mengingat wanita itu suka membuat keputusan sendiri.

Ia menguap berulangkali sembari membaca laporan kerja sama yang Bryan bawa padanya pagi ini.

"Tidak tidur?" Temannya bertanya.

Dimitri mengangguk. Ia tidak ada tenaga untuk menjawab.

"Anna berulah tengah malam?" Bryan penasaran.

Dimitri menyipit. "Kamu tahu darimana?"

"Orang hamil itu sering berbuat yang aneh-aneh. Makanya ketika kamu bilang Anna hamil aku langsung berdoa agar kamu baik-baik saja." Ucap Bryan dengan tawa khasnya.

Dimitri membenarkan ucapan pria itu mengingat dokter Lane pernah mengatakan hal yang sama dan itu semua berhubungan dengan perubahan hormon.

"Btw, Minggu depan di rumah ny. Steel ada acara, dapat undangan?" Yang Bryan maksud adalah ibu dari Anastasia. Wania itu sering mengadakan jamuan.

"No, mungkin beliau sudah sangat membenciku." Dimitri meringis dalam hati.

"Kurasa tidak juga." Imbuh Bryan. "Ketika bertemu dua Minggu yang lalu Ny. Steel masih menanyakan kabarmu beliau juga ingin bertemu Anna."

Dimitri bersandar pada kursi empuknya. "Kalau diundang kami akan datang. Aku mengenal beliau dengan baik. Jadi aku tidak bermaksud menjauhinya." Ungkapnya jujur.

"Bagaimana dengan Anna."

"Aku akan membawanya sekalian untuk mengenalkannya pada yang lain. Biasanya juga beliau mengundang teman yang lain kan?"

"Iya"

My Hug [END]Where stories live. Discover now